Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melansir sepanjang 2016, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) hanya naik 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya (
year on year/yoy). Realisasi ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang masih bisa tumbuh 4,57 persen.
Kepala BPS Suhariyanto, akrab disapa Ketjuk, mengungkapkan kenaikan tersebut dipicu oleh naiknya produksi industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional sebesar 8,01 persen. Hal itu juga diikuti kenaikan produksi industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (7,62 persen); dan industri makanan (6,26 persen).
Sementara, jenis industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri karet, barang dari karet dan plastik yang keok 8,39 persen; industri peralatan listrik (-7,49 persen), dan industri pakaian jadi (-7,15 persen).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan provinsi, secara tahunan, pertumbuhan IBS terbesar ada di wilayah Riau (12,72 persen), DKI Jakarta (11,57 persen), dan Maluku (9,86 persen). Sementara wilayah yang pertumbuhannya minus ada di Sulawesi Barat (2,79 persen), Sumatera Selatan (-1,05 persen), Bali (0,85 persen), dan Maluku Utara (-1,29 persen).
Secara kuartalan, produksi IBS pada kuartal IV 2016 juga kurang menggembirakan dengan naik hanya 2,06 persen (yoy). Pasalnya, laju pertumbuhan produksi ini terendah dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. Tercatat, pada kuartal I lalu pertumbuhannya mencapai 4,13 persen. Kemudian naik pada kuartal II menjadi 5,01 persen dan kuartal III tumbuh sebesar 4,87 persen.
"Turunnya cukup jauh dibandingkan kuartal III yang sebesar 4,87 persen," ujarnya.
Berdasarkan jenis industri, kenaikan pertumbuhan IBS pada kuartal IV 2016 disumbang oleh kenaikan industri makanan yang naik 8,29 persen, industri bahan kimia dan barang dari dari bahan kimia (7,07 persen); dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (-5,58 persen).
Sebaliknya, pertumbuhan industri tekstil terseret 7,91 persen; industri pengolahan lainnya (-6,47 persen); dan industri karet, barang dari karet dan plastik (-5,47 persen).
Industri Mikro dan KecilDi sisi lain, BPS mencatat tren kenaikan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) sepanjang tiga tahun terakhir. Tercatat, secara tahunan, pertumbuhan produksi IMK sepanjang tahun lalu mencapai 5,78 persen (yoy). Pada tahun 2014, pertumbuhan produksi (IMK) naik sebesar 4,91 persen, dan pada tahun 2015 naik sebesar 5,71 persen.
Jika dirinci berdasarkan jenis industri, kenaikan produksi IMK terbesar ada di industri komputer, barang elektronika, dan optik yang melonjak 31,18 persen (yoy).
Namun demikian, porsinya hanya 0,04 persen terhadap keseluruhan industri sehingga dampaknya tidak terlalu besar. Setelah itu, pertumbuhan industri percetakan dan reproduksi media rekaman mengekor di angka 21,79 persen.
Sedangkan industri IMK yang anjlok lebih dari 5 persen adalah industri barang logam, bukan mesin dan peralatan lainnya yang turun 11,97 persen. Kemudian, industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, minus 10,22 persen.
Secara kuartalan, pertumbuhan IMK pada kuartal IV 2016 hanya sebesar 4,88 persen (yoy).
Jenis IMK yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah industri komputer, barang elektronika, dan optik yang naik sebesar 43,71 persen. Kemudian, industri mesin dan perlengkapan lain juga naik 25,98 persen; industri kertas dan barang dari kertas naik 25,49 persen; dan industri percetakan dan reproduksi meda rekaman naik 21,98 persen.
(gen)