Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak variatif cenderung menguat dengan menguji level resisten. Perdagangan bakal dipengaruhi hasil data ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2016 dan penguatan rupiah.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan bursa Wall Street AS tadi malam tertahan penguatannya. Indeks Dow Jones dan S&P ditutup masing-masing koreksi 0,1 persen dan 0,2 persen di 20.052,42 dan 2.292,56.
Ia menambahkan, harga minyak mentah drop 1,4 persen di US$53,09 per barel dan harga emas melonjak 1,4 persen di US$1237,50 per ounce menyusul meningkatnya tensi politik di sejumlah negara seperti Perancis menjelang pemilu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain isu individual, koreksi di Wall Street tadi malam dipicu sikap pasar yang masih menanti kebijakan kebijakan Trump di bidang ekonomi terutama terkait pemotongan pajak dan memperbesar belanja pemerintah," ujarnya dalam riset, Selasa (7/2).
Dari dalam negeri, IHSG berhasil melanjutkan tren penguatannya pada perdagangan kemarin, tutup mendekati resisten 5.400 yakni di 5.395,995 atau menguat 35,228 poin (0,66 persen).
"Saham-saham emiten perbankan BUMN menjadi motor penguatan IHSG, terutama ditopang pembelian oleh pemodal asing. Kemarin pembelian bersih asing mencapai Rp474,29 miliar," jelas David.
Penguatan saham perbankan, jelasnya, merupakan imbas dari kenaikan harga saham perbankan di pasar global dan kawasan Asia kemarin menyusul respon atas kebijakan Trump yang akan melonggarkan kembali regulasi perbankan yang sebelumnya dibuat untuk mencegah krisis keuangan.
"Penguatan IHSG kemarin sejalan dengan tren bullish di kawasan Asia. Dari domestik sentimen positif pasar digerakkan oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2016 yang mencapai 5,02 persen meskipun di bawah perkiraan 5,1 persen namun di atas pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 4,88 persen," katanya.
Pada perdagangan hari ini, David memperkirakan IHSG bergerak variatif berusaha menguji resisten di level 5.410. Sementara, lanjutnya, support saat ini di level 5.350 hingga 5.370.
"Penguatan rupiah atas dolar AS ditopang dengan aliran dana asing yang sejak Februari kembali masuk ke pasar saham akan menjadi katalis positif di pasar di tengah meningkatnya tensi geopolitik di sejumlah negara maju," kata David.
William Surya Wijaya, analis Indosurya Securities mengatakan IHSG sedang berusaha menggeser rentang konsolidasi menuju arah naik namun belum terlihat pola kenaikan yang signifikan membesar mengingat kondisi kenaikan belum disertai oleh gelombang capital inflow yang besar pula.
"Jika kita melihat jangka panjang, maka prospek perjalanan IHSG masih menunjukkan potensi kenaikan yang besar, mengingat ini masih di awal tahun," jelasnya.
Menurutnya, peluang investasi masih cukup menjanjikan dengan pertumbuhan yang diharapkan akan lebih baik di tahun ini. Jika dalam pergerakannya IHSG belum mampu bertahan di atas level resisten, maka peluang terjadinya tekanan masih akan terihat dalam jangka pendek.
(gir)