Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengestimasi dapat meraih pendapatan bersih sebesar US$101,6 juta sepanjang tahun 2016. Estimasi ini berbanding terbalik dengan rugi bersih yang diderita perusahaan pada tahun 2015.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivasta menjelaskan, pada tahun lalu, pihaknya menderita rugi bersih sebesar US$2 miliar.
"Perusahaan tengah melakukan proses audit atas angka keuangan tahun 2016 dan berharap dapat menerbitkan laporan tersebut bulan depan," ucap Dileep melalui keterangan resmi, Kamis (9/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, penjualan batu bara gabungan diestimasikan sebanyak 87,7 juta ton atau naik 10,6 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 79,3 juta ton.
Kemudian, untuk penjualan Arutmin juga meningkat 15,3 persen dari 24,8 juta ton menjadi 28,6 juta ton. Tak hanya Arutmin, penjualan Kaltim Prima Coal (KPC) yang tumbuh 8,4 persen menjadi 59,1 juta ton jika dibandingkan dengan sebelumnya 54,6 juta ton.
Rupanya, peningkatan penjualan baru bara juga diimbangi dengan bertambahnya jumlah batu bara yang ditambang. Manajemen Bumi Resources mencatat jumlah batu bara yang ditambang naik menjadi 86,5 juta ton atau tumbuh 6,52 persen dari sebelumnya 81,2 juta ton.
Namun, peningkatan produksi batu bara tak serta merta membuat biaya kas produksi membengkak. Dileep menjelaskan, perusahaan mampu menekan biaya menjadi US$27 per ton dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar US$30,2 per ton dan tahun 2014 sebesar US$34,6 per ton.
"Terdapat pengurangan akibat efisiensi dalam pengadaan bahan bakar dan cadangan, biaya operasional penambangan yang lebih rendah, dan tingkat produksi yang lebih tinggi di tambang Arutmin," papar Dileep.
Sayangnya, volume penjualan dan batu bara meningkat, nyatanya realisasi harga rata-rata tahun 2016 turun sebesar enam persen menjadi US$42,1 per ton dibandingkan US$44,8 per ton pada tahun 2015.
"Ini lantaran kondisi pasar dan eksekusi beberapa kontrak yang telah dibuat sebelumnya," jelas Dileep.
Akan tetapi, jika dilihat secara kuartalan, harga jual rata-rata meningkat menjadi US$47,7 per ton dibanding kuartal III 2016 sebesar US$40,5 per ton.
Dileep beserta jajarannya optimis harga batu bara sepanjang tahun ini akan stabil berada di level US$80 per ton. Sejalan dengan itu, perusahaan berencana meningkatkan produksi hingga tujuh persen sehingga harga jual rata-rata batu bara naik 30 persen dibandingkan 2016.
"60 persen dari volume penjualan telah disepakati dan diharapkan mampu meningkat menjadi 75 persen pada akhir kuartal I 2017 melalui finalisasi beberapa kontrak tahunan dengan Jepang," tutup Dileep.
(gir)