Capex BUMN Diklaim Jadi Pelumas Roda Investasi 2017

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 09 Feb 2017 11:25 WIB
Jika para pelaku usaha swasta ikut terangsang, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) juga akan terkerek.
Jika para pelaku usaha swasta ikut terangsang, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) juga akan terkerek. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai laju pertumbuhan investasi dalam negeri sepanjang tahun ini akan dimotori oleh belanja modal alias capital expenditure (capex) perusahaan-perusahan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengungkapkan, capex perusahaan pelat merah dan keuntungannya bakal memicu reinvestasi. "Capex BUMN punya yang namanya spill over effect. Efek sekunder atau kecipratan ke pelaku-pelaku usaha swasta," ujar Tom, sapaan akrabnya, Rabu (8/2).

Jika para pelaku usaha swasta mampu terangsang, lanjut Tom, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) diperkirakan akan terkerek, sehingga laju pertumbuhan investasi dapat meningkat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, menurut perhitungannya, reinvestasi memiliki nilai sekitar dua kali lipat dari total jumlah PMDN dan PMA yang tahun lalu meningkat sekitar 12,3 persen. Pencapaian investasi tahun ini diperkirakan mampu memenuhi target yang ditetapkan BKPM, yaitu mencapai Rp678 triliun atau 10,64 persen lebih tinggi dari target tahun lalu yang hanya Rp612,8 triliun.

Apabila realisasi investasi tahun ini meningkat, laju pertumbuhan investasi diperkirakan kembali pulih naik dari tahun lalu yang melemah atau berada dikisaran 4,48 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,01 persen.

Bahkan, sambung Tom, bukan tidak mungkin capaiannya mampu mendekati angka pertumbuhan investasi yang dibidik Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yakni sebesar enam persen untuk menopang laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan berada di angka 5,1 persen.

Terkait sektor yang mampu menarik investasi, Tom menilai, Indonesia memiliki banyak sektor yang mampu ditawarkan untuk mendapatkan investasi. Misalnya, sektor pariwisata.

Sektor ini, kata Tom, tengah menjadi primadona di hampir seluruh negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) karena menjadi alternatif destinasi wisata bagi para wisatawan mancanegara (wisman).

"Ada banyak tren di dunia, seperti pertumbuhan pariwisata regional, semua negara ASEAN, kunjungan wisata masih tumbuh pesat. Ini peluang yang sangat besar sekali," imbuh Tom.

Jika sektor pariwisata meningkat, pemerintah meyakini dampaknya dapat menggerakkan sektor jasa, seperti pembangunan hotel, resort, dan tempat hiburan. Bersamaan dengan itu, sektor penerbangan juga ikut melesat pertumbuhannya.

Jaga Sentimen

Meski memiliki sejumlah peluang untuk meningkatkan investasi, pemerintah rupanya memiliki tugas berat untuk mengurangi sentimen negatif dan menjaga iklim investasi yang kondusif.

Pasalnya, peluang reinvestasi dianggap akan sia-sia apabila Indonesia masih memiliki berbagai sentimen negatif, seperti situasi politik yang tengah memanas akhir-akhir ini.

"Sentimen masih tertekan pada kekhawatiran politik jangka pendek. Semakin investor tidak yakin, tentu mereka tidak mau reinvestasi. Profitnya ditaruh di deposito atau dilarikan ke luar negeri," jelas Tom.

Oleh karenanya, pemerintah perlu berupaya keras agar tensi situasi politik dapat kembali stabil. Di samping itu, pemerintah perlu terus membenahi regulasi yang dianggap Tom masih banyak mengalami tumpang tindih.

Kemudian, pemerintah juga masih memiliki pekerjaan rumah untuk meredam isu ketenagakerjaan, baik dari sisi upah minimum hingga kualitas keterampilan. Terakhir, pembenahan pengenaan pajak yang lebih bersahabat bagi investor dan dunia usaha. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER