Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun lalu sepertinya bukan tahun keberuntungan bagi bisnis asuransi nasional. Alih-alih untung, bisnis asuransi jiwa nasional malah tercatat merugi hingga Rp 3,54 triliun dari tahun sebelumnya yang untung Rp10,23 triliun.
Sementara, berdasarkan Statistik Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba bersih bisnis asuransi umum melorot mencapai 9 persen, yaitu dari Rp6,34 triliun pada 2015 menjadi hanya Rp 5,76 triliun pada akhir tahun lalu.
Di bisnis asuransi jiwa, laba negatif disinyalir lantaran jumlah pendapatan lebih kecil ketimbang jumlah beban. Adapun jumlah pendapatan bisnis asuransi jiwa sebesar Rp 161,10 triliun, sedangkan jumlah bebannya tembus Rp162,57 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah beban yang membengkak tak terlepas dari melesatnya beban asuransi hingga 74,99 persen. Salah satu komponen beban asuransi, yakni pembayaran klaim dan manfaat yang naik 19 persen menjadi Rp 78,60 triliun.
Di bisnis asuransi umum, premi bruto meningkat hanya 10 persen. Angka ini terpaut jauh dari ekpekstasi pelaku usaha yang berkisar 15 persen-20 persen. Selain itu, pertumbuhan pendapatan underwriting diikuti juga oleh beban underwriting.
Sebelumnya, Yasril Y Rasyid, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengaku pesismistis pelaku usaha asuransi umum mampu mencapai target premi dikarenakan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional lebih rendah dari asumsi.
"Tadinya, kami pikir program pemerintah menggiatkan infrastruktur akan berjalan kencang. Ternyata lebih rendah. Selain itu, ekonomi kita juga tumbuh lebih rendah dibandingkan asumsi. Daya belinya turut rendah," ujarnya, akhir tahun lalu.
Direktur Utama PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) sempat menyebutkan, penurunan penjualan otomotif ikut memengaruhi bisnis asuransi umum. Pasalnya, di industri ini, bisnis asuransi kendaraan bermotor menjadi salah satu penyumbang premi terbesar, setelah asuransi kebakaran dan properti.
(bir/gen)