Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak turun 2 persen pada penutupan hari Senin (13/2) waktu Amerika Serikat. Penurunan terbesar sejak Januari ini ditekan oleh penguatan dolar AS dan indikasi peningkatan produksi minyak mentah negara Paman Sam tersebut.
Dikutip dari Reuters, harapan pemangkasan pajak AS untuk memacu keuntungan korporasi dan investasi meningkatkan nilai tukar dolar dalam tiga pekan terakhir. Hal ini mengakibatkan pembelian minyak menggunakan denominasi dolar menjadi lebih mahal dibanding mata uang lainnya.
Di saat yang bersamaan, produksi migas non-konvensional AS pada bulan Maret diprediksi mencapai titik tertinggi dalam lima bulan terakhir seiring perusahaan migas memanfaatkan harga minyak yang melambung untuk memperbanyak produksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama sebulan terakhir, pengeboran minyak AS bertambah menjadi 591 pengeboran. Angka ini merupakan jumlah pengeboran tertinggi sejak 2012.
Hasilnya, harga Brent berjangka LCOc1 melemah US$1,11 per barel ke angka US$55,59 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) CLc1 menurun US$0,93 per barel ke angka US$52,93 per barel.
Beberapa analis meragukan jika kebijakan pemangkasan produksi organisasi negara-negara pengekspor minyak dunia (
Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) bisa berdampak pada peningkatan harga minyak. Analis ABN Amro contohnya, mengurangi prediksi harga Brent pada semester I tahun ini dari US$55 per barel ke angka US$50 per barel.
Hal ini sudah terlihat sepanjang sebulan terakhir, di mana tingginya tingkat kepatuhan antar negara OPEC untuk membatasi produksi masih belum bisa membawa harga minyak melompat lebih jauh lagi.
Data bulanan OPEC setelah adanya kebijakan tersebut menunjukkan, produsen utama seperti Arab Saudi menyumbang penurunan produksi terbanyak, yaitu 700 ribu barel per hari. Ini membuat tingkat keberhasilan pemangkasan produksi OPEC mencapai 93 persen di bulan Januari lalu.
Sebelumnya, OPEC dan beberapa negara non-OPEC sepakat untuk mengurangi produksi hampir sebesar 1,8 juta barel per hari sepanjang paruh pertama tahun 2017 demi mendukung kenaikan harga dan mengurangi suplai berlebih.
Namun, tingginya realisasi OPEC di bulan pertama masih belum bisa memuaskan investor. Beberapa spekulan menahan 100 ribu kontrak penjualan minyak pada pekan lalu seiring kekhawatiran meningkatnya kembali produksi minyak AS.
(gen)