Optimisme 'Sunat' Produksi OPEC Kerek Harga Minyak

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 22 Feb 2017 07:43 WIB
Harga minyak Brent berjangka ditutup menguat US$0,48 ke angka US$56,66 per barel. Sementara itu, harga WTI meningkat US$0,66 ke angka US$54,06 per barel.
Harga minyak Brent berjangka ditutup menguat US$0,48 ke angka US$56,66 per barel. Sementara itu, harga WTI meningkat US$0,66 ke angka US$54,06 per barel. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup menguat 1 persen setelah organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) optimistis tingkat kepatuhan negara-negara anggota dan Rusia terhadap pembatasan produksi bisa membaik.

Dikutip dari Reuters, Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo menuturkan, realisasi pemangkasan produksi mencapai 90 persen sesuai data OPEC pada bulan Januari silam. Diharapkan, persediaan minyak bisa berkurang lebih jauh pada tahun ini.

Kendati demikian, Barkindo mengatakan bahwa saat ini terlalu dini untuk memutuskan perpanjangan periode pemangkasan produksi. Keputusan tersebut, lanjutnya, akan ditentukan saat pertemuan OPEC bulan Mei mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, OPEC dan beberapa produsen lain sepakat bahwa pembatasan produksi hanya dilakukan sepanjang semester I tahun ini saja.

Sebagai informasi, perkumpulan kartel minyak beserta produsen lain setuju untuk mengurangi produksi minyak sebesar 1,8 juta barel per hari demi meningkatkan kembali harga setelah terpuruk selama dua tahun akibat persediaan yang melimpah.

Di dalam kesepakatan tersebut, Iran malah diperbolehkan untuk menambah produksi. Negara teluk Persia itu diharapkan bisa mencapai produksi sebesar 4 juta barel per hari pada pertengahan April mendatang.

Hasilnya, harga minyak Brent berjangka ditutup menguat US$0,48 ke angka US$56,66 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) meningkat US$0,66 ke angka US$54,06 per barel.

Indeks harga minyak mentah dunia telah bergerak US$5 per barel semenjak pengumuman OPEC pada November lalu. Namun, pemangkasan produksi ini dianggap hanya memicu langkah spekulasi pelaku pasar. Sehingga, harga bisa saja terkoreksi jika sudah berada pada titik atas rentang yang seharusnya.

Data Senin lalu menunjukkan, manajer investasi memegang paling banyak kontrak Brent dan WTI berjangka. Hal itu didorong oleh keyakinan bahwa harga minyak akan melesat gara-gara pembatasan produksi OPEC.

Selain itu, Bank of America Merrill Lynch juga memangkas prediksi harga Brent dari US$50 per barel hingga US$70 per barel menjadi US$55 per barel hingga US$75 per barel hingga 2022 mendatang. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER