Jakarta, CNN Indonesia -- Raja Arab Saudi bersama rombongan yang diperkirakan mencapai 1.500 orang akan tiba di Indonesia pada Rabu, 1 Maret 2017 mendatang. Rombongan tersebut berniat untuk melakukan kunjungan kenegaraan sekaligus beristirahat di Indonesia. Menilik maksud dan tujuan mereka, Wakil Presiden Jusuf Kalla memprediksi, kedatangan Raja Arab akan berhubungan dengan visi pemerintah Arab Saudi menyongsong 2030 mendatang.
Jusuf Kalla mengungkapkan, visi pemerintah Arab Saudi pada 2030 adalah melakukan peningkatan investasi dari sektor di luar minyak dan gas. Bahkan, investasi selain migas itu disebut akan menjadi salah satu pembahasan utama dalam kunjungan kenegaraan nanti.
"Jika mereka ingin melaksanakan visi ekonomi 2030, yaitu memperbanyak investasi non migas, otomatis akan banyak hal yang dapat dilakukan bersama," terang Jusuf Kalla saat ditemui di Istana Wakil Presiden, Jumat (24/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang nomor dua di Indonesia tersebut mengatakan, selama ini, hubungan kerja sama yang terjalin antara Indonesia dan Arab Saudi berkutat pada keagamaan, pendidikan, dan sosial. Sedangkan, hubungan dalam hal ekonomi porsinya justru tak terlalu besar.
Selama ini, lanjut dia, urusan investasi yang dilakukan Arab Saudi malah sering menyasar wilayah Eropa dan sedikit negara di utara Afrika.
Namun demikian, sambung Jusuf Kalla, dengan visi ekonomi Arab Saudi untuk investasi non migas tersebut, maka kemungkinan pembahasan kerja sama di bidang ekonomi terbuka lebar.
Bidang-bidang investasi non migas yang ditawarkan ke Arab Saudi, antara lain wisata, keuangan, hingga perbankan. "Indonesia menawarkan banyak hal, kemungkinannya di bidang investasi, wisata, keuangan, perbankan, dan khususnya investasi di bidang refinary," imbuh dia.
Namun begitu, Jusuf Kalla enggan berandai-andai apakah itu akan benar-benar menjadi kenyataan atau tidak, karena pertemuannya baru akan dilakukan satu pekan lagi.
Menurut dia, lebih baik semua menunggu hasil pertemuannya nanti untuk benar-benar mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan oleh kedua negara.
"Kita lihat nanti pertemuannya, kami tak ingin mendahului apa yang ada dalam pertemuan nanti," kata mantan ketua umum Partai Golkar tersebut.
(bir)