Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Danamon Tbk masih membukukan pertumbuhan kredit minus sepanjang tahun lalu. Tercatat sepanjang 2016, pertumbuhan kredit Danamon minus 2 persen dari Rp129,5 triliun di 2015 menjadi Rp127,3 triliun selama 2016.
Kinerja kredit minus tersebut akibat penyaluran kredit ke segmen mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) yang sengaja di rem sepanjang tahun lalu.
Meskipun mencatatkan kinerja kredit yang buruk, Danamon masih mampu memperoleh laba bersih Rp2,6 triliun tahun lalu. Realisasi ini naik 12 persen dari posisi 2015 yang sebesar Rp2,3 triliun. Laba tersebut diperoleh dari pertumbuhan pendapatan non bunga, penekanan pada biaya operasional serta penurunan biaya kredit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika mengecualikan bisnis mikro, laba bersih Danamon sebelum pajak sebenarnya tumbuh 39 persen atau mencapai Rp4,5 triliun," ujar Direktur Utama Danamon Sng Seo Wah dalam konfrensi pers di Menara Danamon, Rabu (1/3).
Sepanjang tahun lalu manajemen Danamon memang tengah membenahi strategi untuk memulihkan bisnis mikro DSP yang memiliki rasio kredit macet hingga 10 persen tahun lalu.
Jika mengecualikan bisnis DSP, Danamon sebetulnya mampu mencatatkan pertumbuhan kredit hingga dua digit untuk segmen Usaha Kecil dan Menengah, wholesale banking, dan KPR. Tercatat portfolio kredit di segmen
wholesale tumbuh 11 persen menjadi Rp37,4 triliun, kredit segmen UKM tumbuh 10 persen menjadi Rp24,7 triliun dan KPR yang tumbuh 21 persen menjadi Rp4,4 triliun.
Chief Financial Officer Danamon Vera Eve Lim menjelaskan, tahun lalu kredit segmen mikro melalui DSP turun 30 persen menjadi Rp10,2 triliun. Penurunan ini menurutnya disengaja karena adanya kompetisi dan permintaan yang menurun serta perubahan fokus perseroan ke lini bisnis baru.
Tahun lalu, rasio kredit bermasalah (NPL) Danamon juga naik 10 basis poin (bps) dari 3.0 persen di 2015 menjadi 3,1 persen di 2016.
"Hal ini karena pembagi rasio NPL yakni pertumbuhan kredit juga menurun sehingga rasio NPL juga bertambah. Untuk tahun 2017 tentu kami menargetkan NPL lebih baik lagi di bawah 3 persen, ya ini harus ditopang oleh pertumbuhan kredit," ujar Vera.
Selain kredit, pendanaan Danamon tahun lalu juga ikut terseret turun. Danamon sengajan mengurangi kebutuhan atas pendanaan dengan melepas dana mahalnya lewat deposito yang mengurangi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Alhasil, tahun lalu DPK Danamon minus 10 persen dari Rp117 triliun menjadi Rp105 triliun di tahun 2016.
Ditopang Anak UsahaHasil laba Danamon bisa dibilang tidak terlepas dari hasil usaha para anak usahanya yakni PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Insurance) dan PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance).
Vera mengatakan, kedua anak usahanya itu masih mampu berkontribusi pada laba sang induk. Tercatat laba sebelum pajak Adira Finance tahun lalu sebesar Rp1,7 triliun dan berkontribusi hingga 38 persen terhadap laba perseroan.
Demikian halnya dengan laba Adira Insurance yang mencapai sekitar Rp400 miliar dan berkontribusi hingga 15 persen terhadap laba sang induk.
"Adira Insurance dan Adira Finance mencatat pertumbuhan kinerja yang bagus. Tentunya kami ingin meningkatkan kontribusi anak usaha ke induk perusahaan," ujar Vera.