Jakarta, CNN Indonesia -- Data Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) mencatat terjadinya peningkatan aset pada akhir tahun lalu menjadi Rp356,50 triliun, tumbuh 20,33 persen dibanding 2015 sebesar Rp296,26 triliun.
Pertumbuhan aset industri perbankan syariah nasional tersebut tidak terlepas dari kontribusi tiga bank syariah dan satu unit usaha syariah (UUS) milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI Syariah, serta BTN Syariah.
Memimpin pangsa pasar syariah, Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan aset per Desember 2016 sebesar Rp78,8 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 12,03 persen bila dibandingkan tahun lalu sebesar Rp70,4 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama BSM Agus Sudiarto mengatakan, dengan pertumbuhan aset tersebut, maka BSM menjadi salah satu bank syariah yang memiliki aset besar di Indonesia.
Agus menyebutkan, BSM memimpin pangsa pasar dengan market share per Desember 2016 untuk aset sebesar 22,11 persen, DPK 25,04 persen, pembiayaan 22,41 persen, dan tabungan 32,58 persen.
"Untuk tabungan, BSM berada di posisi 10 besar bank nasional," kata Agus beberapa waktu lalu.
Anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) yakni BNI Syariah pada akhir 2016 berhasil meraih market share sebesar 7,94 persen dengan memberikan kontribusi laba sebesar 13,23 persen .
Tahun lalu BNI Syariah membukukan pertumbuhan positif dengan mencetak laba Rp277,37 miliar atau meningkat 21,38 persen dibanding Desember 2015 sebesar Rp228,52 miliar.
Sementara, dana pihak ketiga BNI Syariah meningkat Rp24,23 triliun, tumbuh 25,41 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp19,32 triliun.
Pertumbuhan DPK tersebut menopang aset BNI Syariah untuk terus bergerak positif, yakni posisi per Desember 2016 sebesar Rp28,31triliun atau naik23,01 persen dari posisi Desember 2015 sebesar Rp23,01 triliun.
BRI Syariah juga mencatatkan pertumbuhan aset hingga 12,49 persen dari Rp24,23 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp27,69 triliun pada ahir 2016. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh naiknya DPK anak usaha BRI itu sebanyak 11,09 persen, dari Rp19,56 triliun menjadi Rp22 triliun dan pembiayaan yang tumbuh 7,6 persen dari Rp16,66 triliun jadi Rp18,04 triliun
Sementara itu, Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) juga turut menorehkan raihan laba bersih yang positif. Per Desember 2016, laba bersih UUS BTN tercatat naik 44,98 persen yoy dari Rp260,33 miliar di Desember 2015 menjadi Rp377,42 miliar.
Perolehan laba bersih itu disumbang penyaluran pembiayaan senilai Rp14,22 triliun di Desember 2016 atau naik 26,74 persen yoy dari Rp11,22 triliun. Kualitas pembiayaan pun terjaga dengan non-performing financing (NPF) sebesar 1,01 persen per Desember 2016, menurun dari 1,66 persen di bulan yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan penyaluran pembiayaan ini juga turut mengerek naik aset unit syariah sebesar 36,6 persen yoy dari Rp13,27 triliun per Desember 2015 menjadi Rp18,13 triliun di Desember 2016. Di sisi lain, DPK yang dihimpun UUS Bank BTN naik 35,35 persen yoy dari Rp11,11 triliun di akhir 2015 menjadi Rp15,03 triliun di periode yang sama tahun berikutnya.
Secara industri, dari sisi pembiayaan perbankan syariah juga mencatat peningkatan 16,40 persen menjadi Rp249,09 triliun, dibandingkan pada tahun sebelumnya yang hanya Rp213,99 triliun.
Pertumbuhan perbankan syariah juga bisa dilihat dari perolehan dana pihak ketiga di mana pada Desember 2016 mencapai Rp279,33 triliun, naik 20,83 persen dari posisi Desember 2015 sebesar Rp231,17 triliun.
(gen)