Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, proyeksi ekonomi China yang melambat pada tahun ini tidak akan berdampak besar bagi perdagangan Indonesia.
Sekadar informasi, sebelumnya pemerintah China mengumumkan target pertumbuhannya hanya sebesar 6,5 persen atau lebih rendah dari realisasi pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 6,7 persen. Pun demikian, proyeksi itu masih dalam rentang perkiraan yang telah dibuat sebelumnya.
"Kalau perubahan segitu (0,2 persen), tidak besar-lah dampaknya. Kalau perubahan agak besar, setengah persen akan ada pengaruhnya terhadap perdagangan," ujar Darmin saat ditemui di Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan, Senin (6/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Darmin, dibandingkan dengan Indonesia, dampak perlambatan ekonomi China bakal lebih besar untuk neraca perdagangan China-Amerika. "Dampaknya itu mestinya masih antara mereka (China) dan Amerika, mungkin ya," jelasnya.
Perlambatan ekonomi Tirai Bambu telah diantisipasi seluruh dunia. Hal itu seiring dengan trasisi ekonomi dari yang banyak bergantung pada investasi, industri manufaktur, dan perdagangan ke arah konsumsi rumah tangga.
Sebagai informasi, China merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia. Tahun lalu, ekspor non-migas ke China mencapai US$15,09 juta atau 11,49 persen dari total ekspor non migas.
Selain itu, China juga merupakan asal impor non migas terbesar yaitu mencapai US$30,69 juta atau 26,24 persen dari total impor nonmigas.
(bir/gen)