ANALISIS

Menilai Rapor Perdana Sri Mulyani Sebagai Bendahara Negara

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 07 Feb 2017 12:32 WIB
Enam bulan menjabat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menutup tahun 2016 dengan catatan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen. Bagaimana rapornya?
Enam bulan menjabat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menutup tahun 2016 dengan catatan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Enam bulan menjabat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menutup tahun 2016 dengan catatan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya, 4,88 persen.

Hal yang menarik, komponen konsumsi pemerintah yang seharusnya memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian, tahun lalu malah memberikan kontribusi negatif sebesar 0,01 persen.

Sesuai prediksi, keputusan Sri Mulyani untuk memangkas belanja negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBNP) 2017 sebesar Rp137,6 triliun berujung pada pertumbuhan negatif konsumsi pemerintah sebesar 0,15 persen. Padahal, pada tahun sebelumnya, konsumsi pemerintah masih bisa tumbuh 5,32 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak adil memang jika menilai enam bulan kinerja Sri Mulyani hanya dari capaiannya dalam mengendalikan peran konsumsi pemerintah sepanjang tahun lalu.

Perlu diingat, Sri Mulyani masuk saat pemerintah menghadapi risiko pembengkakan defisit yang bisa melampaui batas maksimal 3 persen. Hal itu buntut dari target penerimaan negara yang terlampau tinggi dan tidak realistis di tengah kondisi perekonomian yang ada.

Akibatnya, belum sebulan menjabat kembali sebagai Menteri Keuangan, Sri Mulyani pada Agustus lalu harus mengumumkan kebijakan tidak populer berupa pemangkasa anggaran. Sebuah kebijakan yang memaksa aparatur negara berhemat demi menjaga kredibilitas fiskal negara.

"Sri Mulyani masuk ketika sudah ada permasalahan dari sisi fiskal yang sudah terjadi mismanagement. Mau tak mau dia yang harus menyelesaikan masalah yang ada," tutur Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Muhammad Faisal kepada CNNIndonesia.com, Senin (6/2) kemarin.

Meskipun keputusan tersebut bisa dipahami, Faisal menilai seharusnya laju ekonomi bisa lebih tinggi jika Sri Mulyani mendiversikan cara mengatasi risiko pelebaran defisit tersebut.

"Maksudnya, bukan hanya mengandalkan pemotongan anggaran. Kan bisa dengan kombinasi dengan cara lain misalnya menambah utang sementara dan kombinasi lainnya," jelasnya.

Selanjutnya, Faisal berharap Sri Mulyani bisa membawa perekonomian Indonesia melaju lebih kencang tahun ini. Salah satu sumber harapannya berasal dari fiskal yang lebih kredibel dan perbaikan manajemen pemerintahan.

"Tahun lalu kan hanya setengah jalan, di luar kontrol Bu Ani. Tapi tahun 2017 mestinya kan sudah dikontrol beliau. Artinya dari sisi penerimaan negara prediksinya sudah lebih baik dan dari sisi belanja bisa lebih tertib nantinya," jelasnya.

Kembalikan Kepercayaan Pasar

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER