Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meyakini Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) bakal menaikkan suku bunga acuannya (Fed
rate) sebesar 25 basis poin pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang digelar 14-15 Maret 2017 mendatang. Karenanya, BI mengantisipasi tertekannya nilai tukar rupiah minggu depan.
"Kalau
probability Fed
rate akan naik itu kelihatan bukan 94 persen, malah sudah 100 persen diperkirakan Fed
rate akan naik 25 basis poin. Tentu ini akan membuat penguatan dolar AS dan mata uang negara lain, termasuk Indonesia, agak sedikit melemah," tutur Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jumat (10/3).
Namun, Agus menilai pelemahan itu hanya akan terjadi sementara. Pasalnya, secara umum fundamental perekonomian Indonesia dalam kondisi prima.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu terlihat dari performa positif pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca perdagangan hingga cadangan devisa.
Per akhir Februari lalu, posisi cadangan devisa Indonesia ada di level US$119,9 miliar naik dari posisi bulan sebelumnya, Rp116,9 miliar.
"Sampai minggu kedua Maret dana yang masuk ke Indonesia masih Rp31 triliun," ujarnya.
Ke depan, Agus memperkirakan kondisi perekonomian domestik masih akan terjaga kestabilannya. Kendati demikian, BI akan terus memperhatikan perkembangan perekonomian global.
Selain rencana kenaikan suku bunga AS, BI juga menaruh perhatian pada perkembangan ekonomi China, perkembangan harga minyak dan perkembangan geopolitik di Eropa.
(gen)