Jakarta, CNN Indonesia -- Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengungkapkan, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve akan memberikan sentimen negatif kepada neraca perdagangan Indonesia.
Kepala Departemen Penelitian Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengungkapkan, naiknya Fed
Fund Rate (FFR) dipastikan bakal melemahkan nilai tukar rupiah dihadapan dolar.
"Ini membuat tertekannya rupiah sedangkan dolar AS lebih perkasa sehingga nilai perdagangan bisa bergejolak dalam jangka pendek," ungkap Yose, Kamis (15/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yose menjelaskan, penurunan neraca perdagangan dalam jangka pendek diperkirakan merupakan imbas pelemahan rupiah dan sejumlah nilai mata uang asing lainnya.
Hal ini berpotensi membuat dolar AS menguat dan banyak yang 'pulang kampung' sehingga terjadi pula
capital outflow dari sejumlah negara-negara berkembang.
Namun begitu, untuk jangka panjang, Yose menilai, dampak kenaikan FFR tak begitu besar kepada neraca perdagangan. Pasalnya, secara berangsur-angsur, rupiah diperkirakan akan menguat secara perlahan terhadap dolar.
Selain itu di 2017, ia memprediksi neraca dagang Indonesia mulai bergeliat. Terutama di sisi ekspor karena adanya tren perbaikan harga komoditas.
Lalu, sekalipun pada jangka pendek, penguatan dolar berpotensi memulangkan dolar ke Negeri Paman Sam, namun ketidakpastian dari kebijakan Presiden AS terpilih ke-45, Donald Trump, membuat sejumlah pihak akan berpikir ulang untuk menahan lama dananya di Amerika.
"Jadi ketika dolar pulang kampung, mereka juga terus memperhatikan, 'cukup aman atau tidakkah uang saya di sana'. Karena keyakinan kepada perekonomian Amerika Serikat juga tidak cukup kuat," jelas Yose.
Dari sini, Yose menyebutkan, pemerintah perlu mengantisipasi dampak kenaikan FFR dengan penguatan fundamental ekonomi negeri dan dari segi ekspor, perlu melakukan perluasan atau diversifikasi, baik dari jenis produk ekspor hingga pasar ekspor.
Sebagai informasi, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin sehingga FFR berada pada kisaran 0,5 persen sampai 0,75 persen.
Kenaikan FFR dari kisaran sebelumnya, yakni 0,25 persen sampai 0,5 persen adalah kenaikan pertama sejak Desember 2015 dan menjadi kenaikan yang kedua selama satu dekade terakhir.
Adapun The Fed juga memproyeksikan akan kembali menaikkan suku bunga pada tahun mendatang sebanyak tiga kali, yakni menempatkan suku bunga 1,4 persen pada akhir tahun. Kemudian akan menaikkan pada penutupan 2018 menjadi 2,1 persen.
(gen)