Jakarta, CNN Indonesia -- Moody's Investors Service memberikan peringkat B1 untuk
corporate family rating PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dan surat utang (obligasi) tanpa jaminan yang dikeluarkan oleh anak usaha perusahaan, Golden Legacy Pte. Ltd.
Outlook untuk semua
rating tersebut adalah positif.
"Peringkat B1 mencerminkan pendapatan dan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) perusahaan yang tumbuh pada 2016, dan penilaian soal penyelesaian proyek ekspansi kapasitas produksi akan mendorong penerimaan yang solid dan arus kas pada 2017," ucap Wakil Presiden dan Analis Senior Moody's, Brian Grieser, dikutip Selasa (14/3).
Kendati demikian, Moody's memperkirakan pertumbuhan kinerja keuangan 2016 juga diikuti dengan kenaikan utang seiring dengan ekspansi tiga tahun terakhir dan investasi di bahan baku untuk mendorong kapasitas baru di bisnis garmen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, rasio utang perusahaan diperkirakan meningkat hingga empat kali pada akhir tahun lalu dari sebelumnya yang hanya 3,8 kali pada akhir 2015.
Dengan peringkat B1 ini, Sritex mencerminkan margin EBITDA yang mendekati 20 persen, pertumbuhan dari segi pendapatan dan laba, penyelesaian utang tepat waktu, diversifikasi pasar dan pelanggan, dan likuiditas yang kuat.
"Prospek positif pada Sritex ini terus mencerminkan harapan kami bahwa pendapatan perusahaan akan mendapat keuntungan dari permintaan yang tinggi untuk produk tekstil dan garmen pada 2017, dan penjualan pakaian akan memberikan kontribusi yang semakin besar dari penjualan Sritex," papar Grieser.
Lebih lanjut, Moody's memiliki ekspektasi arus kas Sritex dapat berbalik arah menjadi positif pada tahun ini. Hal ini dapat ditopang dari kombinasi EBITDA yang lebih tinggi dan belanja modal material yang lebih rendah, sehingga dapat mengurangi ketergantungan utang perusahaan untuk kali pertama setelah melakukan ekspansi tiga tahun berturut-turut.
Peringkat B1 ini dapat ditingkatkan dalam setahun ke depan jika perusahaan mampu mempertahankan operasi dan kinerja keuangannya. Selain itu, perusahaan juga perlu menjaga likuiditas yang baik.
Asal tahu saja, perusahaan memiliki 25 pabrik yang terdiri dari sembilan pabrik pemintalan, tiga pabrik tenun, lima pabrik
finishing, dan delapan pabrik garmen. Hingga akhir Sepetember 2016 lalu, laba bersih Sritex berhasil tumbuh 17,21 persen menjadi US$44,98 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$38,3 juta.
Sementara itu, penjualan juga tumbuh 7,03 persen menjadi US$498,7 juta dari posisi sebelumnya US$465,92 juta.