Jakarta, CNN Indonesia -- PT Wijaya Karya Tbk menandatangani kredit sindikasi Rp5 triliun dari tujuh bank asing dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) bertenor tiga tahun. Perseroan akan menggunakan utang tersebut untuk membangun jalan tol Balikpapan - Samarinda dan jalan tol Soreang-Pasir Koja.
Direktur Utama Wijaya Karya Bintang Perbowo mencatat, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ memberikan pinjaman sebesar Rp1 triliun, sekaligus bertindak sebagai mandated
lead arranger dan
bookrunner. Kemudian Bank of China, Maybank Indonesia dan SMI masing-masing mengucurkan kredit sebesar Rp900 miliar.
Sementara Bank Mizuho Indonesia dan ICBC Indonesia masing-masing memberikan kredit sebesar Rp375 miliar dan BNP Paribas Indonesia memberikan kredit sebesar Rp300 miliar. Terakhir Bank CTBC Indonesia memberikan kredit sebesar Rp250 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pembangunan jalan tol ini akan menghubungkan daerah industri dan pertambangan terbesar yakni antara Balikpapan dan Samarinda sehingga akan menekan biaya dan mempercepat proses dan lalu lintas logistik,” ungkap Bintang, Rabu (15/3).
Kredit sindikasi tersebut berani memberikan Wijaya Karya bunga yang cukup rendah, yaitu Jibor +2 persen. Artinya jika saat ini bunga Jibor sekitar 5,8 persen, maka bunga yang dibayarkan WIKA hanya sebesar 7,8 persen per tahun. Kredit sindikasi ini juga tanpa jaminan
fixed aset, bersifat
committed dan
rolling selama 3 tahun.
“Skema kredit ini sangat unik dan baru pertama kalinya dirancang serta dilaksanakan di industri apapun Indonesia. Skema ini membuat
cash flow kami jauh lebih baik dan keuangan kami semakin kuat,” kata Direktur Keuangan Wijaya Karya Kosasih.
"Hal ini menunjukkan kepercayaan dari industri dan lembaga keuangan internasional kepada WIKA dan memberikan peluang bagi WIKA untuk memperoleh pembiayaan yang lebih baik dan semakin memperkuat posisi keuangan WIKA." demikian tuntas Kosasih.
Untuk mendukung pembangunan infrastruktur ke depan yang membutuhkan pendanaan cukup besar, perusahaan berkode saham WIKA ini juga berencana untuk menerbitkan obligasi melalui penawaran umum berjangka sekitar Rp5 triliun - Rp10 triliun, untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah perseroan, dengan tenor 5 hingga 10 tahun.
(gen)