Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Kamis (16/3) ditutup menguat 85,86 poin (1,58 persen) ke level 5.518 setelah bergerak di antara 5.458-5.518.
Sebelumnya, rekor penutupan tertinggi IHSG dicapai pada 6 Maret 2015. Saat itu IHSG menguat 63,84 poin (1,17 persen) ke level 5.514,78.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengaku, dirinya cukup terkejut dengan capaian IHSG hari ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia tak menampik adanya sentimen positif dari dalam negeri berupa laporan keuangan emiten dan musim pembagian keuntungan (dividen). Namun, secara historikal musim dividen tidak membuat laju IHSG sekencang ini.
"Pasar memang siap-siap pembagian dividen, tapi seharusnya tidak sampai seperti ini. Ini termasuk tinggi," ucap Hans Kwee kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (16/3).
Selain itu, pasar juga mengantisipasi pemberian
investment grade dari lembaga rating S&P yang akan diberikan pada bulan Mei mendatang. Sehingga, ia menilai dengan adanya pemberian
investment grade tersebut maka mendorong asing untuk masuk ke pasar modal.
Namun sentimen dari eksternal sendiri, kenaikan suku bunga AS juga nampaknya secara tidak langsung memberikan sentimen positif bagi pergerakan IHSG. Pasalnya, kenaikan suku bunga AS tentu tergantung dari ekonomi AS. Bila ekonomi AS dipandang baik, maka suku bunga akan dinaikan.
"Nah, kalau AS membaik maka permintaan komoditas membaik jadi bagus untuk Indonesia. Jadi AS salah satu pendorong ekonomi juga," katanya.
Selain itu, harga minyak dunia yang kembali menguat setelah beberapa hari melemah juga menambah amunisi bagi IHSG.
Sementara itu, analis NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, IHSG juga didorong oleh pelemahan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.
Hal ini membuat imbal hasil (yield) obligasi. Dengan begitu, pasar beralih ke pasar modal. Meski begitu, ia sependapat dengan Hans Kwee yang menyebut kenaikan IHSG ini di luar ekspektasi.
"Secara historikal IHSG turun setelah The Fed menaikan suku bunga, tapi hari ini anomali," katanya.
Waspada Profit TakingNamun demikian, Hans Kwee meramalkan pergerakan IHSG pada perdagangan esok hari tidak akan sebaik hari ini. Hal ini disebabkan pelaku pasar akan melakukan aksi ambil untung (
profit taking) merespons laju IHSG yang naik signifikan.
"Biasanya kalau Jumat pada
profit taking, terlebih lagi IHSG naik seperti ini. Untuk support mungkin besok 5.450-5.500 dan kalau resisten saya pikir di 5.520-5.550," tutup Hans.
Semantara dalam perdagangan di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah bergerak menguat ke Rp13.347 per dolar AS, atau naik 17 poin (0,13 persen) setelah bergerak di kisaran Rp13.313-Rp13.355.
RTI Infokom mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp8,65 triliun dengan volume 35,03 miliar saham. Sementara, perdagangan di pasar reguler hari ini, investor asing tercatat beli bersih (
net buy) sebesar Rp1,8 triliun.
Sebanyak 187 saham naik, 122 saham turun, dan 120 saham tidak bergerak. Sementara seluruh sektor mengalami penguatan. Penguatan terbesar dialami oleh sektor aneka industri yang menguat sebesar 3,92 persen.
Dari Asia, mayoritas indeks saham bergerak menguat. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang naik sebesar 0,07 persen, indeks Kospi di Korsel naik sebesar 0,8 persen, dan indeks Hang Seng di Hong Kong naik sebesar 2,08 persen.
Sore ini, mayoritas indeks saham di Eropa bergerak menguat sejak dibuka tadi siang. Indeks FTSE100 di Inggris bergerak naik 0,79 persen, indeks DAX di Jerman naik 0,93 persen, dan indeks CAC di Perancis naik 0,73 persen.