Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak melemah pada perdagangan Kamis (16/3) seiring peningkatan persediaan minyak di Negeri Paman Sam. Hal ini membuat pelaku pasar ragu bahwa pemangkasan produksi yang dilakukan organisasi negara pengekspor minyak dunia (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) bisa mengurangi kelebihan stok minyak.
Dikutip dari
Reuters, data Genscape menunjukkan bahwa terdapat tambahan stok sebesar lebih dari 2 juta barel pada pekan lalu di hub pengiriman minyak berjangka AS di Cushing, negara bagian Oklahoma.
Padahal, data Energy Information Administration (EIA) AS sehari sebelumnya menunjukkan adanya penurunan persediaan minyak AS sebesar 237 ribu barel dan sempat mendongkrak harga minyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pelemahan nilai tukar dolar AS pasca pengumuman bank sentral AS juga tak mampu menyokong penguatan harga minyak. Karena seharusnya, pembelian minyak yang dibanderol dalam dolar AS menjadi lebih murah dibanding mata uang lainnya.
Hasilnya, harga minyak Brent ditutup melemah tipis US$0,07 ke angka US$51,74 per barel. Angka ini masih sangat jauh dibanding titik tertinggi pasca pengumuman OPEC, yaitu US$58,37 per barel.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,11 ke angka US$48,75 per barel.
Sebelumnya, OPEC dan beberapa produsen non-OPEC berkomitmen untuk memangkas produksi sepanjang semester I tahun ini. Namun, harga minyak seolah tak bergeming setelah produksi dan persediaan minyak AS malah menunjukkan peningkatan.