Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai positif reaksi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR).
Seperti diberitakan sebelumnya, pada perdagangan hari ini, perdagangan nilai tukar rupiah ditutup menguat ke Rp13.347 per dolar AS, atau naik 17 poin (0,13 persen) setelah bergerak di kisaran Rp13.313-Rp13.355.
Hal sama juga terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup menguat 85,86 poin (1,58 persen) ke level 5.518 setelah bergerak di antara 5.458-5.518. Sementara, di pasar valuta asing,
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kita khawatirkan bahwa kenaikan dari Fed Fund Rate akan diikuti dengan pelemahan di emerging market, baik itu di local currency maupun di saham itu ternyata tidak terjadi. Ini yang kami lihat masih positif," tutur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo dalam konferensi pers di BI, Kamis (16/3).
Dody mengungkapkan kenaikan FFR sebesar 25 basis poin telah diperkirakan oleh pasar. Tak ayal, pasar di negara berkembang tidak mendapatkan guncangan.
BI sendiri memperkirakan tahun ini kenaikan FFR akan terjadi sebanyak tiga kali. Hal itu sesuai dengan pidato Gubernur bank sentral AS Janet Yellen dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) kemarin.
Lebih lanjut, antipasi kenaikan FFR ke dapan diimbangi oleh perekonomian Indonesia yang masih menarik di mata investor. Terbukti hingga tanggal 13 Maret lalu, aliran dana masuk ke Indonesia mencapai US$2,1 miliar hingga US$2,2 miliar.
"Jadi Indonesia masih dipandang positif dari sisi fundamentalnya dan masih dipandang cukup baik dari sisi suku bunga atau potensi imbal hasil dari pembelian surat-surat berharga domestik," jelasnya.
Namun demikian, BI juga memantau adanya sedikit penurunan aktivitas penjualan surat berharga dan ekspor yang diharapkan hanya akan terjadi sementara.
Selanjutnya, BI akan terus mencermati dampak lanjutan kenaikan FFR demi menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan.