Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Permata Tbk terus berjuang merapikan catatan keuangan tahun lalu yang sempat merah akibat tingginya kredit macet.
Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah mengatakan, sebagai salah satu langkah bersih-bersih, perseroan telah menjual aset bermasalah dengan nilai hingga Rp6 triliun.
Menurut Ridha, langkah restrukturisasi kredit bermasalah tahun lalu mulai menunjukan hasil. Dalam menyelesaikan kredit bermasalah, Ridha menyebut Permata lebih mengandalkan pendekatan kepada debitur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya di bidang industri besi, ada nasabah kami kurang baik. Ternyata di samping itu ada perusahaan BUMN yang perlu materi besi, jadi bisa kami bangunkan kerja sama sehingga bisa direstrukturisasi. Jadi memang harus lebih kreatif," ujar Ridha, Kamis (16/3).
Dengan upaya tersebut, Ridha menargetkan rasio Non Performin Loan (NPL) perseroan bisa turun hingga 5 persen dalam satu tahun. Tahun lalu bank yang terafiliasi dengan Group Astra ini mencatatkan NPL hingga 8,83 persen naik 222,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar 2,74 persen.
"Kalau bisa setahun beres, kalau bisa kami yang proaktif untuk sesuai dengan tugasnya yang sudah ada. Kalau dibiarkan ya bisa bertambah jelek," jelasnya.
Untuk pencadangan kredit bermasalah, Ridha mengatakan tahun ini tidak akan ada kenaikan signifikan dari tahun lalu.
Sebagai informasi, tahun lalu, Permata mengalokasikan pencadangan terhadap kredit bermasalah sebesar Rp 12,2 triliun atau naik tiga kali lipat dari tahun 2015 yang sebesar Rp 3,6 triliun. Alokasi pencadangan ini membuat kenaikan beban operasional Bank Permata mencapai 108,8 persen menjadi Rp 16,7 triliun.
Rights Issue Rp1,5 Triliun Selain restrukturisasi kredit, Bank Permata juga akan melakukan penguatan modal dengan skema rights issue sebesar Rp1,5 triliun pada pertengahan tahun ini.
Aksi korporasi ini merupakan bagian dari
rights issue tambahan sebesar total Rp 3 triliun. Adapun sebanyak Rp 1,5 triliun sudah masuk pada Desember 2016 lalu.
"
Rights issue jadi, sementara ini targetnya Juni atau Juli. Soal harga harusnya bagus ya, karena sudah ada
standby buyer-nya yaitu pemegang saham yang besar yaitu Astra dan Standard Chartered," katanya.
Saat ini, bank berkode saham BNLI ini tercatat memiliki rasio CAR sebesar 16,5 persen. Sejak awal tahun hingga Februari, Permata juga telah mencatatkan laba sebesar Rp214 miliar setelah sepanjang tahun lalu merugi Rp6,48 triliun.