Jakarta, CNN Indonesia -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk berencana merilis surat utang (obligasi) dengan nilai hingga Rp10 triiliun pada tahun ini untuk memenuhi proyek jangka panjang perusahaan seperti jalan tol dan pembangkit listrik.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Steve Kosasih menjelaskan, saat ini perseroan tengah mencari pinjaman sebesar Rp4 triliun-Rp5 triliun dari bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dana dari pinjaman itu bakal digunakan untuk modal kerja perusahaan sepanjang tahun ini.
Namun, lanjut Steve, perusahaan juga berencana untuk menyuntikan sebagian dana tersebut untuk anak usaha. Wijaya Karya sendiri memiliki anak usaha yang terdiri dari, PT Wika Beton Tbk (WTON), PT Wika Industri Konstruksi, PT Wika Bitumen, PT Wika Gedung, PT Wika Rekayasa Konstruksi, dan PT Wika Realty.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini belum final berapa, tapi diasumsikan minimal 20 persen dari Rp4 triliun-Rp5 triliun. Kemudian nanti sisanya untuk anak usaha," ucap Steve, Jumat (17/3).
Menurut Steve, pinjaman ini nantinya berbeda dengan pinjaman perusahaan sebelumnya yang bersifat sindikasi dari tujuh bank asing dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Jenis pinjaman ini nantinya bersifat bilateral atau hanya diberikan oleh satu bank.
Sementara itu, manajemen masih belum tahu berapa bunga dari pinjaman bilateral tersebut nantinya. Namun, untuk pinjaman sindikasi sebelumnya, perusahaan mendapat bunga yang cukup rendah yakni, Jakarta Interbank Offered Rate (Jibor) +2 persen.
Artinya, jika saat ini bunga Jibor sekitar 5,8 persen, maka bunga yang dibayarkan perusahaan hanya sebesar 7,8 persen per tahun. Kredit sindikasi tersebut juga tanpa jaminan fixed aset, bersifat committed dan rolling selama 3 tahun.
"Bunganya belum tahu berapa, atau apakah akan sama dengan pinjaman sindikasi kemarin," jelas Steve.
Obligasi di Semester IISelain pinjaman bilateral, perusahaan juga berencana menerbitkan surat utang (obligasi) dengan penawaran umum berkelanjutan (PUB) senilai Rp5triliun-Rp10 triliun pada semester II tahun ini.
Steve menjelaskan, dana segar yang diraih dari obligasi tersebut akan digunakan untuk memenuhi proyek jangka panjang perusahaan seperti jalan tol dan pembangkit listrik.
Menurutnya, hal ini sesuai dengan karakter kedua proyek tersebut. Di mana, pembangunan pembangkit listrik dinilainya minimal akan memakan waktu dua tahun.
Selain itu, dana itu juga akan digunakan untuk pembebasan lahan proyek jalan tol. Hal ini disebabkan, pembebasan lahan tidak dapat menggunakan dana pinjaman perbankan.
"Satu tol kami baru saja menang itu Serang-Panimbang, nah itu kami mayoritas di sana porsinya. Jadi kami harus garap betul, untuk itu kami butuh pendanaan dari non perbankan," terang Steve," pungkas dia.