Jakarta, CNN Indonesia -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mengklaim akan mengurangi tingkat kemiskinan di kawasan Rembang, Jawa Tengah untuk meredam segala bentuk protes dan demonstrasi pembangunan pabrik baru perusahaan di daerah tersebut.
Hal serupa juga dilakukan perusahaan saat membangun pabrik di Tuban, Jawa Timur.
“Di Tuban, tingkat kemiskinan disana menurun hingga 14 persen dari yang semula mencapai 20 persen," kata Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra di kantornya, Rabu (22/3) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persoalan pabrik semen di Rembang hingga saat ini belum juga menemukan titik terang. Petani dari Pegunungan Kendeng telah melakukan berbagai upaya agar pabrik yang dikhawatirkan bisa merusak lingkungan itu dibatalkan izin operasi dan pembangunannya.
Sementara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan manajemen Semen Indonesia terus berupaya memperlihatkan bukti dan mencoba meyakinkan masyarakat bahwa pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng tidak akan berdampak pada kerusakan lingkungan.
 Pabrik baru Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah. (CNN Indonesia/Damar Sinuko) |
Rizkan sendiri menyebut proses pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah itu telah dimulai sejak 2010 lalu.
Bahkan, kata Rizkan analisis dampak lingkungan (Amdal) telah keluar sejak 2012 lalu. Dia bahkan mengklaim Semen Indonesia telah memenuhi prosedur termasuk sosialisasi kepada masyarakat setempat.
"Dimulai dari sidang komisi penilai amdal, semua pihak diundang, baik yang setuju maupun yang tidak, semua hadir, dokumennya ada. Semua kita lakukan sesuai prosedur," kata Rizkan
Lebih lanjut Rizkan menyebut kondisi di Rembang dengan pabrik Semen Indonesia di Tuban tidak jauh berbeda ketika pertama kali didirikan. Kawasan itu menurut dia, merupakan kawasan pegunungan kapur yang tandus.
"Saat kita masuk ke Tuban level kemiskinan disana sebesar 20 persen, dan di Rembang itu sekarang mencapai 19,5 persen, nah di Tuban sekarang tingkat kemiskinan menurun jadi 14 persen," kata dia.
Oleh karena itu, Rizkan berjanji akan melakukan hal serupa di kawasan pabrik semen yang dibangun di Rembang, yakni menurunkan tingkat kemiskinan di kawasan itu.
"Di Tuban kita bangun kawasan hijau yang bisa dikelola oleh masyarakat, di Rembang pun sama. Tujuan kami bukan semata membangun pabrik, tapi juga membangun kualitas hidup masyarakat setempat," kata dia.
Rakyat KecilNamun, hal ini justru dipandang berbeda oleh seniman sekaligus pemerhati sosial, KP Hardi Danuwijoyo, dia menilai upaya pemerintah dan para pengusaha saat ini justru semakin memarginalkan rakyat kecil. Menurut dia, tingginya pembangunan yang dibangun di beberapa kawasan di Indonesia tidak sedikit, justru malah menyengsarakan masyarakat.
"Begini, hanya karena izin dikeluarkan dia bilang tidak ada apa-apa, kalau masyarakat sampai ada yang pasung kaki dengan semen, apa masih bisa dikatakan tidak ada apa-apa," kata Hardi
Dia menyebut, meninggalnya salah satu pejuang kelestarian Gunung Kendeng, Patmi beberapa hari lalu bisa dikatakan sebagai tragedi untuk Indonesia.
Sebagai negara Agraris, Petani Indonesia justru harus meninggal ketika dirinya memperjuangkan hak kelestarian tanahnya untuk kepentingan agraria.
"Ini negara agraris, tapi miris, rakyatnya harus mengemis untuk keadilan petani di tanah sendiri hingga meregang nyawa," kata dia.