Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan investasi, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berhasil membukukan rekor tertinggi pendapatan dividen sebesar Rp622 miliar di tahun 2016. Jumlah itu melonjak tajam dari pendapatan dividen Rp191 miliar di tahun 2015.
Presiden Direktur Saratoga Michael W.P. Soeryadjaya menjelaskan, rekor pendapatan dividen ini mencerminkan kinerja yang solid dari perusahaan-perusahaan investasi Saratoga, yang didukung oleh kedisiplinan Saratoga dalam menerapkan strategi investasi secara keseluruhan yang mencakup investasi-tumbuh-monetisasi.
“Sebagai perusahaan investasi aktif, kami terus berusaha agar investasi-investasi kami dapat mencapai investasi siklus penuh (
full-cycle investment) dimana kami tidak hanya berinvestasi, tetapi secara aktif terlibat dalam menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan untuk mencapai potensi yang maksimal,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (29/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sebagian besar perusahaan-perusahaan investasi kami telah mencapai tahap ini, ini merupakan kombinasi dari saat pemilihan investasi, pengembangan strategi yang baik dan eksekusi yang kuat,” imbuh Michael.
Kinerja kuat Saratoga di tahun 2016 tercermin dalam investasinya di sektor sumber daya alam dan konsumer. Di sektor sumber daya alam, kinerja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tumbuh berkat pemulihan harga batu bara setelah mencapai titik terendah dalam 5 tahun danpenyelesaian pembiayaan (financial closure) dalamproyek pembangkit listrik Jawa Tengah dengan kapasitas 2x1.000 MW.
Penguatan fundamental ini telah berhasil mendorong harga saham Adaro meroket dari Rp515 menjadi Rp1.695 per saham di 2016.
Di sektor konsumer, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) terus memperkuat kinerjanya, didorong oleh pertumbuhan pendapatan segmen pelanggan auto-parts serta distribusi dan ritel. Kinerja yang solid telah meningkatkan harga saham MPMX dari Rp489 menjadi Rp820 per saham di tahun 2016.
Atas kinerja yang positif, pada 2016 Saratoga telah membagikan dividen untuk pertama kalinya sejak Penawaran Saham Perdana (IPO) pada 2013. Besaran dividen yang dibayarkan oleh perusahaan adalah Rp86 miliar atau Rp32 per lembar saham untuk tahun buku 2015 dan dividen interim sebesar Rp165 miliar atau Rp61 per lembar saham untuk tahun buku 2016.
Standar Akuntansi BaruKinerja Saratoga sepanjang 2016 juga didorong oleh penerapan standar akuntansi baru dan pendapatan dividen dari perusahaan-perusahaan investasi. Dengan penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 65 mulai tahun 2016, maka Saratoga menerapkan standar akuntansi nilai wajar pada aset investasinya.
Pada tahun 2016, dengan standar akuntansi yang baru, Saratoga berhasil membukukan pendapatan investasi sebesar Rp6,34 triliun. Di mana Rp3,39 triliun diperoleh melalui
one-off adjustments (penyesuaian sekali waktu), yang menandai transisi dari akuntansi ekuitas menjadi nilai wajar.
Selain itu, peningkatan harga saham perusahaan-perusahaan investasi selama periode 2016 memberikan kontribusi Rp2,94 triliun, yang terutama disebabkan oleh peningkatan harga saham ADRO & MPMX.
Sebagai bagian dari perubahan standar akuntansi, Saratoga mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,67 triliun dengan total aset Rp25,1 triliun, naik 51 persen dibandingkan tahun 2015 senilai Rp16,7 triliun.
Hasil ini lebih mencerminkan kinerja Saratoga sebagai perusahaan investasi aktif. Saratoga adalah perusahaan publik pertama yang menerapkan standar akuntansi PSAK 65 di Indonesia.
Direktur Keuangan Saratoga Jerry Ngo mengatakan bahwa pencapaian laba bersih pada tahun 2016 tidak dapat menjadi acuan kinerja perusahaan di masa depan, karena pendapatan investasi ini berasal dari one-off adjustments yaitu ketika perusahaan menerapkan standar akuntansi PSAK 65.
“Selain itu, pertumbuhan pendapatan investasi Saratoga juga akan bergantung pada perubahan harga saham dari perusahaan-perusahaan investasi di bursa efek,” katanya.