Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menarik utang baru US$3 miliar atau sekitar Rp39 triliun melalui penerbitan obligasi syariah berdenominasi valas atau sukuk global pada 22 Maret 2017.
Bagi Indonesia, sukuk global 2017 merupakan penerbitan sukuk dengan nilai terbesar. Tahun lalu, pemerintah menerbitkan sukuk global senilai US$2,5 miliar.
Tak hanya itu, sukuk global 2017 juga merupakan sukuk dengan nilai penerbitan terbesar dari negara di luar kawasan teluk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sukuk global 2017 merupakan sukuk global dengan nilai terbesar oleh pemerintah negara di luar kawasan teluk," tutur Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Robert Pakpahan di Gedung Djuanda I Kemenkeu, Kamis (30/3).
 Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Robert Pakpahan (Dok. Kemenkeu) |
Pada 2012 lalu, kata Robert, pemerintah Qatar yang merupakan negara teluk pernah menerbitkan sukuk global senilai US$ 4 miliar.
Obligasi syariah global 2017 diterbitkan dalam dua tenor yaitu lima dan 10 tahun.
Untuk sukuk global dengan tenor lima tahun, ujarnya, pemerintah sukses menjual US$1 miliar dari penawaran yang mencapai US$4,87 miliar. Tingkat imbalan (
yield) sukuk global bertenor 5 tahun adalah 3,4 persen yang dibayar setiap enam bulan.
Sementara untuk sukuk global bertenor 10 tahun dimenangkan sebesar US$2 miliar dari penawaran US$5,97 miliar. Adapun imbalan dari seri tersebut adalah 4,15 persen.
"Kami cukup senang dengan pricing imbalan sukuk global karena pada tanggal 22 Maret imbalan Surat Berharga Negara setara di pasar sekunder lebih tinggi," ujarnya.
Berdasarkan wilayah, distribusi investor sukuk global bertenor 5 tahun didominasi oleh investor wilayah Asia (selain Indonesia dan Malaysia) sebesar 28 persen.
Disusul oleh investor dari negara-negara Islam di Timur Tengah dan Malaysia (27 persen), Amerika Serikat (21 persen), investor Eropa (14 persen), dan investor Indonesia (10 persen).
Sedangkan, peminat terbanyak sukuk dari negara-negara di Timur Tengah dan Malaysia serta Amerika Serikat dengan masing-masing sebesar 29 persen. Setelah itu investor asal Asia (23 persen), investor Indonesia (10 persen), dan investor Eropa (9 persen).
Sebagai informasi, per akhir Maret 2017, realisasi penerbitan SBN neto telah mencapai Rp189,8 triliun atau 47,5 persen dari target Rp399,99 triliun.
Secara bruto, penerbitan SBN telah mencapai Rp265,77 triliun atau 38,71 persen dari target penerbitan SBN bruto, Rp686,5 triliun.