Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mega Tbk optimis dapat menyeret turun rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada kisaran 2,14 persen di tahun ini, meskipun NPL sempat membengkak pada akhir tahun lalu dari semula 2,81 persen di 2015 menjadi 3,44 persen di 2016.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, perusahaan telah memetakan beberapa strategi supaya rasio NPL mampu dikendalikan. Salah satunya, pengalihan kredit ke sektor lain hingga memanfaatkan sentimen perbaikan ekonomi di tahun ini.
Untuk pengalihan kredit ke sektor lain, Kostaman menyebutkan, Bank Mega melirik beberapa sektor sebagai diversifikasi, seperti ritel pangan, konsumsi, pariwisata, konstruksi, dan properti. Hal ini dilakukan lantaran sepanjang tahun lalu, kucuran kredit Bank Mega banyak ke sektor komoditas, namun harga komoditas yang tak cukup baik membuat rasio NPL terkerek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diharapkan, sektor komoditas membaik, sehingga tahun ini rasio NPL bisa turun. Tetapi kami tidak bisa mengharapkan (pemberian kredit ke) sektor komoditas saja maka kami juga masuk ke sektor lain," ujar Kostaman di Menara Bank Mega, Jakarta, Jumat (31/3).
Adapun untuk sektor ritel, Bank Mega membidik penyaluran kredit kepada pengusaha ritel pangan yang memasok hasil produksi ke sejumlah merchant yang telah menjadi rekanan Bank Mega, yakni PT Trans Retail Indonesia atau Carrefour.
Tak ketinggalan, Bank Mega juga menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor konsumsi, yakni dengan membidik peningkatan nasabah pengguna kartu kredit. Hal ini dilakukan mengingat sektor konsumsi menyedot sekitar 25 persen dari total penyaluran kredit Bank Mega.
Untuk peningkatan sektor konsumsi ini, Kostaman menargetkan, jumlah nasabah kartu kredit dapat meningkat dari semula 8,2 juta di tahun lalu menjadi 8,7 triliun di sepanjang tahun ini.
Lalu, selain melancarkan upaya-upaya di tingkat internal, Bank Mega juga mengharapkan perbaikan rasio NPL dari sentimen perbaikan ekonomi yang pada tahun ini diperkirakan akan membaik dibandingkan tahun lalu.
"Banyak pebisnis mengatakan tahun ini akan lebih baik. Kalau membaik, pendapatan naik jadi nasabah bisa membayar kredit," imbuh Kostaman.
Bersamaan dengan target perbaikan rasio NPL, Bank Mega berharap pertumbuhan kredit akan meningkat, yakni Rp28,3 triliun di tahun lalu menjadi Rp33 trilin di tahun ini atau naik 16,6 persen.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan menanjak 7,63 persen menjadi Rp55 triliun dari sebelumnya Rp51,1 triliun di tahun lalu. Adapun, peningkatan DPK dibidik dari pertumbuhan giro mencapai Rp6,1 triliun, tabungan mencapai Rp12,7 triliun, dan deposito Rp36,2 triliun di tahun ini.
Kemudian, aset dibidik tumbuh tujuh persen dari Rp70,5 triliun menjadi Rp75,5 triliun. Dengan begitu, laba bersih ditargetkan ikut terkerek 3,44 persen menjadi Rp1,2 triliun di tahun ini dari sebelumnya Rp1,16 triliun.