TOP TALKS

Digitalisasi, Jurus Citibank Indonesia Tebas Beban

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Senin, 03 Apr 2017 09:00 WIB
Rasio biaya operasonal terhadap pendapatan operasional (BOPO) Citibank Indonesia sepanjang tahun lalu turun dari 89,2 persen menjadi 81,6 persen.
Rasio biaya operasonal terhadap pendapatan operasional (BOPO) Citibank Indonesia sepanjang tahun lalu turun dari 89,2 persen menjadi 81,6 persen. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Citibank Indonesia mengaku tidak akan ngoyo dalam mengembangkan gerainya untuk beberapa tahun ke depan. Pasalnya, perusahaan tengah fokus melakukan digitalisasi perbankan.

Manajemen menyebut, hal ini sejalan dengan kondisi yang ada, di mana mayoritas masyarakat lebih memilih bertransaksi secara online. Tak hanya dalam hal transaksi, pengiriman laporan atau tagihan transaksi kartu kredit nasabah atau disebut dengan statement juga mayoritas dilakukan dengan digital.

Tak hanya itu, lebih dari 50 persen nasabah Citibank lebih memilih menggunakan laporan secara digital atau electronic billing statement (e-statement).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, merespons gaya hidup masyarakat yang semakin serba digital, perusahaan juga sudah menutup beberapa gerainya sepanjang tahun lalu. Hal ini nyatanya juga sukses memperbaiki rasio biaya operasonal terhadap pendapatan operasional (BOPO) tahun 2016.

Untuk itu, bank yang berpusat di Amerika Serikat ini memiliki rencana mengembangkan bisnis digitalnya tahun ini. Kemudian, sebagai salah satu bank persepsi, perusahaan juga memiliki rencana pengembangan produk investasi dalam mengelola dana amnesti pajak yang wajib diparkir di Indonesia selama tiga tahun.

Seperti diketahui, program amnesti pajak baru saja berakhir pada akhir pekan lalu, Jumat (31/3). Total dana repatriasi pajak yang masuk hingga akhir penutupan masa pengampunan pajak ini sebesar Rp147 triliun atau sekitar 14,7 persen dari target Rp1.000 triliun.

Digitalisasi, Jurus Citibank Indonesia Tebas Beban Ilustrasi distribusi uang. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Sementara, nilai harta deklarasi dalam negeri tercatat sebesar Rp3.687 triliun dan nilai harta deklarasi luar negeri tercatat sebesar Rp1.032 triliun. Dengan aliran dana itu, Batara berharap bisnis wealth management dan kredit yang dikucurkan bisa tumbuh double digit tahun ini.

Untuk mengetahui lebih detilnya, simak hasil wawancara dengan CEO Citibank Indonesia Batara Sianturi pada Rabu, 29 Maret 2017.

Rasio BOPO mengalami perbaikan sepanjang tahun lalu, turun dari 89,2 persen menjadi 81,6 persen. Apa saja penyebabnya?

Karena provisi turun dan naiknya net interest income. Jadi BO nya biaya operasionalnya turun tetapi pendapatan operasionalnya naik. Pendapatan operasionalnya banyak didrong dari cadangan yang turun, PO nya karena net interest income naik 16 persen.

Efisiensi seperti apa yang dilakukan oleh perusahaan sehingga rasio BOPO membaik?

Ya sebenarnya tahun ini mengharapkan perbaikan karena kami sudah memposisikan ulang terkait kegiatan operasional perusahaan. Kalau Anda ingat tahun 2016 cabang Citibank Indonesia turun dari 20 ke 10, tetapi itu merupakan satu efisiensi. Namun malahan pertumbuhannya naik, sehingga namanya memposisikan restrukturisasi itu sudah dilakukan. Kenapa dilakukan? Karena kami konsisten dengan prinsip digitalisasi.

Kemudian, bagaimana distribusi tagihan transaksi Citibank Indonesia, berapa yang dicetak secara fisik, kemudian berapa yang bisa dilakukan secara digital atau e-statement. Untuk digital sendiri juga dua-duanya, dari consumer banking dan institutional banking. Nah, 70 persen nasabah Citibank Indonesia sudah memakai e-statement 70 persen.

Dengan perkembangan dari sisi digital tersebut, apakah perusahaan berhenti melakukan ekspansi pengembangan gerai konvensional?

Kami lihat saja dulu karena kami melihat bahwa data kami menunjukan 80 persen transaksi dari nasabah Citibank sudah di digital, artinya hanya 20 persen yang datang ke cabang. Jadi cabang kami kebanyakan sepi.

Apakah komposisi transaksi untuk tahun ini masih akan sama, artinya 80 persen transaksi dilakukan secara digital?

Kami ingin semuanya, tetapi 100 persen tidak mungkin ya. Tapi kalau 80 persennya itu tetap dan transaksi semakin besar itu sebenarnya sama saja. Jadi bukan berarti dari 80 persen ke 85 persen, kadang-kadang ya tetap 80 persen tetapi transaksi membesar karena kan target Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 13 persen dan target penyaluran kredit naik 11 persen, jadi artinya nasabah bertambah.

Kalau nasabah bertambah dan proporsi tetep, berarti yang pakai digital banking semakin banyak. Ini sebenarnya komitmen dari kami untuk lebih memperlebar bisnis digital, tahun lalu kami banyak sekali lakukan peluncuran untuk mendukung strategi digital kami dan Anda bisa lihat lebih tahun ini.

Berapa produk digital lagi yang akan diluncurkan perusahaan tahun ini?

Cukup banyak, mungkin pada semester kedua ya. Kami ada beberapa terobosan lagi, baik di institutional banking dan retail banking.

Apa saja produk yang akan diluncurkan tersebut?

Bervariasi. Karena begini, digital banking atau mobile banking itu ada fitur kemudahan, ada fitur sekuritas, dan fitur ekosistem. Jadi, digital banking kan luas, ada fitur efisiensi.

Misalnya, statement kartu kredit Citibank Indonesia yang sudah e-statement 70 persen. Jadi kami sudah tidak kirim lagi statement pakai kertas karena nasabah lebih suka menggunakan e-statement. Kalau kertas kan biaya besar.

Berapa nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tahun ini dalam bidang digital?

Biaya cukup besar. Banyak program teknologi informasi (TI) yang kami lakukan untuk efisiensi di bank, karena umpamanya juga kami 2016 sudah mengkonsolidasi operasi dan teknologi kami di gedung yang baru di TB Simatupang.

Digitalisasi, Jurus Citibank Indonesia Tebas Beban Ilustrasi aktivitas perbankan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kemudian, bagaimana target perusahaan dalam bisnis wealth management?

Wealth management masuk ke DPK yang kami targetkan 13 persen. Kami ada Citi Priority dan Citi Gold. Kami akan banyak lakukan peluncuran untuk Citi Gold mungkin di semester I, karena kami lihat sophistication sudah mulai sangat tinggi. Dulu nasabah tergantung dengan relationship manager (RM), tetapi sekarang sebelum menghubungi RM saja nasabah sudah tahu tentang kondisi IHSG, indeks dolar. Nasabah sudah semakin pintar, jadi RM harus lebih pintar.
Apakah nantinya ada pengurangan RM?

Tidak. Jadi tugas mereka adalah mereka harus lebih pintar daripada nasabah. Mereka harus mencari tau apa yang tidak ada dalam aplikasi. Jadi bagaimana RM merekomendasikan alokasi ke portofolio. Bisa dikatakan, keunggulan wealth management Citibank pada advisory itu.

Apakah akan mengeluarkan produk investasi baru seiring dengan masuknya dana amnesti pajak?

Selalu ada. Ada rencana untuk merilis lebih banyak lagi. Kami kerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menerbitkan produk-produk inovatif yang bisa memberikan nilai tambah bagi mereka yang memarkir dananya tiga tahun ini.

Hingga saat ini, berapa jumlah dana amnesti pajak yang diperoleh perusahaan, khususnya pada periode ketiga?

Cukup berhasil, tetapi kami lihat angkanya lebih banyak pada periode pertama dan kedua. Ini mungkin karena memang sudah dioptimalkan pada periode tersebut, tetapi secara keseluruhan program itu sukses.

Bagaimana penempatan dana tersebut?

Untuk dana amnesti pajak sudah di macam-macam produk, di produk tradisional masih 50 persen dan 50 persen produk investasi. Mudah-mudahan mereka juga memiliki keinginan jangan 50 persen di tradisional, ya mau dapat berapa imbal hasilnya (yield).

Kemudian, 50 persen lainnya berada di reksa dana atau obligasi. Tapi apakah ada produk lagi yang dapat membuat dana yang masih terparkir di tabungan dan deposito itu bisa beralih ke produk lain yang lebih menarik, itu pekerjaan rumah bagi kami. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER