Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Muamalat Tbk menyiapkan suntikan pembiayaan tambahan sekitar Rp2 triliun untuk sektor konsumer di tahun ini, di mana sebanyak 90 persen atau senilai Rp1,8 triliun diberikan khusus untuk fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Direktur Utama Bank Muamalat Endy Abdurahman menjelaskan, penambahan alokasi pembiayaan untuk KPR sengaja ditambah mengingat potensi pemberian dan kebutuhan KPR bagi masyarakat Indonesia sangat besar. Di sisi lain, pemerintah juga tengah menggenjot pemenuhan ketersediaan perumahan bagi masyarakat.
"Dengan populasi penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa, kami sadar bahwa pertumbuhan kebutuhan akan perumahan di dalam negeri sangat dahsyat. Kemudian dari sisi risiko secara manajemen, juga cukup terkontrol," ucap Endy di JW Marriott, Jakarta, Senin (10/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan Bank Muamalat, penyaluran pembiayaan yang diberikan mencapai Rp40,1 triliun untuk seluruh sektor. Endy menyebutkan, setidaknya sebanyak 58 persen atau senilai Rp23,3 triliun diberikan ke sektor korporasi.
Sementara sisanya sekitar Rp16,8 triliun disuntikkan ke sektor konsumer. Namun begitu, sampai tahun lalu, penyaluran pembiayaan ke sektor konsumer untuk fasilitas KPR diakui Endy masih minim sehingga di tahun ini ditingkatkan.
"Pokoknya tahun lalu tidak begitu banyak, terus terang karena masih konsolidasi. Tapi tahun ini, konsentrasinya pada KPR," imbuh Endy.
Endy mengaku, suntikan pembiayaan tambahan untuk KPR ini sekaligus strategi Bank Muamalat untuk menggenjot pembiayaan ke sektor konsumer. Bersamaan dengan itu, sambung Endy, perusahaan juga menargetkan porsi pembiayaan kepada sektor konsumer dapat meningkat hingga 50 persen dari total penyaluran pembiayaan di tahun ini.
"Saat ini sektor konsumer sekitar 40 persen dari total pembiayaan, 60 persen sisanya di sektor korporasi. Makanya, kami harapkan sektor konsumer bisa meningkat jadi 50 persen," jelas Endy.
Adapun peningkatan pembiayaan untuk sektor konsumer dibandingkan korporasi, menurut Endy, sebagai strategi Bank Muamalat memitigasi risiko pembiayaan di sektor korporasi yang cukup banyak mengerek rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financial/NPF).
Bidik Perbaikan NPFEndy menargetkan, dengan pengalihan penyaluran pembiayaan ke sektor konsumer, perusahaan dapat memitigasi dampak meningkatnya NPF seperti halnya yang terjadi di tahun lalu.
Di mana harga komoditas yang kurang bergairah membuat NPF Bank Muamalat kurang maksimal meski secara tahunan mengalami perbaikan.
Bank Muamalat mencatat, sepanjang tahun lalu, NPF gross mencapai 3,8 persen dan NPF nett sebesar 1,4 persen. Sedangkan bila dibandingkan dengan 2015, NPF gross Bank Muamalat sebesar 7,1 persen dan NPF nett sebesar 4,2 persen.
"Di akhir Maret (NPF gross) sedikit membengkak di angka 4,2 persen itu proses saja, kami harapkan dapat segera selesai sehingga bisa memulihkan NPF," kata Endy.
Adapun sepanjang tahun ini, Bank Muamalat menargetkan NPF gross dapat lebih rendah dibandingkan 2016, yakni menyentuh ke kisaran 3 sampai 3,5 persen.