Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan tahunan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2017 bakal melambat, baik dibandingkan kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.
Hal itu tercermin dari rata-rata pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) kuartal I-2017 yang diperkirakan sebesar 4,2 persen secara tahunan, atau lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2016 sebesar 9,5 persen dan kuartal I-2016 sebesar 11,5 persen.
Sebagai catatan, tahun lalu, Badan Pusat Statistik mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2016 adalah 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam Survey Penjualan Eceran BI Edisi Februari 2017, BI mencatat secara tahunan penjualan eceran Februari 2017 tumbuh melambat. IPR Februari 2017 hanya tumbuh 3,7 Persen secara tahunan menjadi 197,1, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, 6,3 persen secara tahunan.
"Perlambatan penjualan eceran terjadi baik pada kelompok makanan maupun non makanan. Secara regional, perlambatan penjualan eceran terutama terjadi di kota Jakarta dan Denpasar," seperti dikutip dari Survey Penjualan Eceren BI Februari 2017, Senin (10/4).
Secara rinci, perlambatan penjualan terjadi pada kelompok makanan dan non makanan yang masing-masing tumbuh 5,1 persen secara tahunan dan 1,8 persen secara tahunan,lebih dari 7,3 persen secara tahunan dan 5,0 persen secara tahunan pada Januari 2017.
“Perlambatan juga diperkirakan berlanjut pada bulan Maret yang tercermin dari IPR yang hanya tumbuh 2,6 persen secara tahunan menjadi 200,8,” jelas survei.
Pada periode tersebut, penjualan eceran pada kelompok makanan diperkirakan tumbuh 4,9 persen secara tahunan, lebih rendah dari 5,1 persen pada Februari 2017. Begitupun, pertumbuhan penjualan kelompok komoditas non makanan yang diperkirakan turun 0,7 persen, lebih rendah dibandingkan 1,8 persen pada bulan sebelumnya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai perlambatan perjualan eceran terjadi karena keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan harga bukan karena penurunan daya beli masyarakat.
Salah satu langkah pemerintah untuk mengendalikan harga adalah penentuan harga acuan pokok untuk minyak goreng, gula, dan daging.
Berdasarkan kesepakatan antara Kemendag dengan sejumlah produsen, distributor serta Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pada 4 April 2017 lalu, harga acuan pokok gula pasir ditetapkan sebesar Rp 12.500 per kg, minyak goreng kemasan Rp 11.000 per kg, dan daging beku atau daging impor dari India Rp 80.000 per kg.
"Kita kan kendalikan harga. Seperti sekarang ini, di seluruh pasar modern sudah mulai dipasang spanduk harga [harga acuan pokok]," tutur Enggartiasto saat ditemui di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Senin (10/4).
Bayangan Tekanan HargaLebih lanjut, berdasarkan survey yang sama, tekanan kenaikan harga juga diperkirakan terjadi pada tiga bulan mendatang di tingkat pedagang eceran diperkirakan meinngkat.
Hal itu terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang (Mei 2017) sebesar 140,4, lebih tinggi dari 134,1 pada bulan sebelumnya.
Tekanan harga diperkirakan akan melambat pada 6 bulan mendatang (Agustus 2017) yang tercermin dari turunnya IEH menjadi 131,3, atau lebih rendah dari 132,3 pada bulan sebelumnya.