Ditjen Bea Cukai Ingin Contek Pusat Logistik Berikat China

CNN Indonesia
Kamis, 13 Apr 2017 20:36 WIB
Bila pusat logistik berikat dapat sejajar dengan BLP Shenzhen, bukan tidak mungkin keinginan menjadi hub logistik di Asia Pasifik dapat terwujud.
Bila pusat logistik berikat dapat sejajar dengan BLP Shenzhen, bukan tidak mungkin keinginan menjadi hub logistik di Asia Pasifik dapat terwujud. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (DJBC Kemenkeu) membidik pengembangan Pusat Logistik Berikat (PLB) Indonesia dapat sejajar dengan pusat logistik (Bonded Logistic Park/BLP) di Shenzhen, China.

"Ke depan, kami ingin kembangkan satu visi yang sangat ambisius. Kami ingin PLB setara dengan Shenzhen di China, karena ada kemiripan," ujar Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi, dikutip Kamis (13/4).

Heru menjelaskan, bila PLB dapat sejajar dengan BLP Shenzhen, bukan tidak mungkin, keinginan Indonesia menjadi hub logistik di kawasan Asia Pasifik dapat terwujud. Hal ini dapat pula menjadikan Indonesia sejajar dengan Singapura, yang telah dikenal lebih dulu sebagai hub logistik di Asia Tenggara (Asean).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"PLB juga diharapkan menjadi hub logistik global maupun Asia Pasifik karena letak Indonesia di pusat perlintasan perdagangan antar negara," kata Heru.

Hanya saja, terdapat sejumlah pekerjaan rumah bagi pemerintah agar kinerja PLB Indonesia dapat sama dengan pusat logistik Negeri Tirai Bambu tersebut, khususnya pada fasilitas penyimpanan produk bagi perdagangan secara elektronik (e-commerce).

Pasalnya, berdasarkan catatan DJBC Kemenkeu, BLP Shenzhen telah lebih dulu memberikan fasilitas tersebut bagi pengusaha e-commerce.

Selain itu, BLP Shenzhen juga telah memberikan fasilitas, seperti penyimpanan untuk produk akhir industri, jangka waktu penyimpanan yang mencapai 90 hari, dan registrasi penyimpanan secara otomatis oleh sistem yang terintegrasi serta pemberitahuan secara berkala kepada pengusaha.

Sedangkan saat ini, kriteria yang telah dilakukan PLB dan sama dengan fasilitas yang diberikan BLP Shenzhen, yaitu barang impor yang disimpan belum dikenakan bea masuk dan pajak. Lalu, dapat digunakan untuk penyimpanan produk lokal, sistem registrasi online 24 jam 7 hari, dan inventarisasi dengan sistem IT.

Untuk itu, Heru menegaskan bahwa pemerintah akan segera berbenah untuk meningkatkan sejumlah fasilitas di PLB agar dapat bersanding dengan BLP Shenzhen.

Indonesia Timur

Selain mengejar BLP Shenzhen, pemerintah juga tengah mengejar pembentukan pusat logistik di kawasan Indonesia Timur. Hal ini, juga bertujuan untuk memeratakan persebaran dan peran PLB bagi industri yang terdapat di kawasan Timur.

"Kami ingin kembangkan eksistensi secara geografis ke Papua dan juga beberapa wilayah Timur dan perbatasan," imbuh Heru.

Untuk pembangunan PLB di Papua, Heru bilang, sudah ada sekitar 140 pengusaha yang menyatakan ketertarikan untuk bergabung dengan PLB.

"Kami akan buka kelas kalau siap akan daftar. Kalau Papua, kami melihat potensinya di komoditas minyak dan gas (migas)," tutur Heru.

Namun begitu, pemerintah membutuhkan waktu untuk menyiapkan titik yang tepat untuk membangun PLB. Di saat yang bersamaan, pemerintah perlu juga mengkaji potensi industri di kawasan timur, misalnya industri yang berorientasi komoditas.

Dengan begitu, pemanfaatan PLB tak hanya sebatas di kawasan barat dan tengah Indonesia saja. Lalu, produk-produk yang bisa disimpan di PLB juga tak sebatas hasil produksi industri manufaktur saja, seperti yang selama ini berlaku.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER