Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) yang kinclong sepanjang tiga bulan pertama tahun ini sukses membuat indeks sektor aneka industri bangkit
(rebound) pada pekan lalu. Padahal, indeks sektor aneka industri sebelumnya terus bergerak negatif dalam dua minggu berturut-turut.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor aneka industri pada akhir pekan lalu berada di level 1.536,728, atau naik signifikan 6,28 persen dibandingkan sebelumnya di level 1.445,924. Lonjakan indeks sektor aneka industri tersebut pun menjadi jawara pada pekan lalu.
Astra International, emiten dengan kapitalisasi terbesar di sektor aneka industri telah merilis laporan keuangan pada Kamis (20/4) lalu. Dalam laporan tersebut, perusahaan tercatat meraup laba bersih sebesar Rp5,08 triliun, naik 63,34 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,11 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini berbanding terbalik dengan kinerja kuartal I 2016 lalu, di mana laba bersih perusahaan tercatat turun sebesar 22,05 persen dari perolehan laba bersih perusahaan kuartal I 2015 sebesar Rp3,99 triliun.
Hal tersebut pun sontak membuat pelaku pasar merespons positif dengan melakukan aksi beli dalam jumlah besar pada saham Astra International. Harga saham perusahaan pun langsung meroket pada Jumat (21/4) sebesar 6,71 persen atau tembus ke level 9.150 dari sebelumnya di posisi 8.575.
Sementara itu, jika diakumulasi sepanjang pekan, harga saham Astra International naik 9,25 persen dari posisi awal pekan lalu di level 8.375.
"Astra International memiliki kapitalisasi pasar Rp370,42 triliun, jadi penyumbang terbesar dari kenaikan indeks aneka industri karena naiknya harga saham Astra International," ujar Analis Oso Securities Riska Afriani kepada
CNNIndonesia.com, dikutip Selasa (25/4).
Seperti diketahui, kontribusi terbesar dari kenaikan laba bersih Astra International berasal dari lini bisnis otomotif, yakni Rp2,28 triliun. Angka itu meningkat 45 persen dari sebelumnya Rp1,58 triliun.
Sepanjang kuartal pertama, Astra Internasional berhasil menjual mobil sebanyak 161 ribu unit atau meningkat 27 persen dari sebelumnya. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan penjualan mobil secara nasional sebesar enam persen menjadi 283 ribu unit.
"Kenaikan penjualan mobil nasional sebesar enam persen itu menjadi salah satu katalis utama, karena lini automotif menjadi kontributor laba bersih Astra International terbesar," jelas Riska.
Selain itu, pelaku pasar juga melihat perbaikan dari sisi lini bisnis jasa keuangan, khususnya PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang mulai meraup laba bersih sebesar Rp453 miliar. Kondisi tersebut membaik, dibandingkan kuartal pertama tahun lalu yang rugi bersih sebesar Rp376 miliar.
Bila dicermati kembali, kondisi yang tak jauh berbeda juga terjadi saat Astra International mempublikasikan laporan keuangannya sepanjang tahun 2016 pada akhir Februari lalu. Saat itu, sektor aneka industri berhasil menjadi jawara karena laba bersih perusahaan naik 4,78 persen menjadi Rp15,15 triliun dari sebelumnya Rp14,46 triliun.
Rawan Profit TakingDengan kenaikan harga saham yang sudah cukup signifikan pada pekan lalu, Riska menilai, harga saham Astra International rawan terkena aksi ambil untung
(profit taking). Pasalnya, kenaikan harga saham Astra International pada akhir pekan lalu menjadi level tertinggi dalam tahun 2017 ini.
"Jika nanti harganya sudah menyentuh level Rp9.200-Rp9.350 per saham, maka akan ada aksi
profit taking terlebih dahulu baru membentuk nilai tertinggi baru," terang Riska.
Sementara itu, Analis Binaartha Securities Muhammad Nafan Aji Gusta Utama memprediksi, kenaikan harga saham Astra International hanyalah bersifat sementara. Untuk itu, dia pun memperkirakan, kenaikannya pada pekan ini hanya terbatas dan tidak setinggi pekan lalu.
Nafan pun mengaku tidak merekomendasikan beli untuk Astra International pada pekan ini. Namun, ia tetap merekomendasikan beberapa saham yang termasuk dalam sektor aneka industri, seperti PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).
Disisi lain, beberapa saham emiten barang dan konsumsi juga dinilai menarik bagi pelaku pasar, terutama menyambut bulan Ramadhan pada akhir bulan akhir bulan Mei mendatang. Beberapa emiten tersebut, yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
"Minggu depan bisa diperhatikan sektor barang dan konsumsi, mengingat nanti ada bulan suci Ramadhan sebulan lagi. Pasti akan terjadi lonjakan permintaan masyarakat," tandasnya.