Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan, kapasitas terpasang industri semen pada tahun ini akan mencapai 100,07 juta ton. Angka ini meningkat 6,57 persen dibanding kapasitas tahun kemarin yang mencapai 93,9 juta ton.
Meskipun demikian, Direktur Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin Achmad Sigit Diwiwahjono mengatakan, industri semen masih akan melanjutkan tren kelebihan suplai (
oversupply) seperti tahun lalu. Pasalnya, daya beli masyarakat masih melesu sebagai imbas pelemahan ekonomi yang terjadi beberapa tahun terakhir.
Sekadar informasi, utilisasi industri semen pada tahun lalu mencapai 79,1 persen dari kapasitas, atau 74,27 juta ton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semen kalau diperhatikan, memang suplainya lebih besar dibanding permintaan. Namun, kami tak mau disebut sebagai
oversupply. Karena pada dasarnya, permintaan saat ini sedang turun karena penurunan pertumbuhan ekonomi," papar Achmad di kantornya, Jumat (28/4).
Meski demikian, ia mengatakan bahwa kelebihan suplai ini bukan salah produsen. Achmad mengatakan, suplai ini muncul dari investasi-investasi yang dimulai pada 2011 silam.
Pada saat itu, lanjutnya, produsen semen rajin menggenjot investasi karena melihat prospek ekonomi Indonesia yang membaik dan diiringi dengan pertumbuhan penjualan semen yang mumpuni.
Pada tahun 2011, contohnya, pertumbuhan penjualan semen sempat mencapai 17,7 persen secara tahunan (
year on year/yoy). Namun, pertumbuhan konsumsi kemudian melambat dan hanya mencapai 0,3 persen yoy di tahun 2016 lalu.
"Proyeksi semen kami pada waktu saat itu sudah benar, karena antara 2011 hingga 2013 itu pertumbuhan semen sempat menembus 17 persen. Akibatnya, banyak investasi yang masuk ke Indonesia. Sayangya, begitu investasi ini jadi, daya beli Indonesia menurun," lanjutnya.
Meski demikian, ia yakin nantinya permintaan semen akan meningkat seiring perbaikan ekonomi. Apalagi, saat ini konsumsi semen per kapita Indonesia yang sebesar 300 kilogram (kg) per orang masih lebih rendah dibanding rata-rata Asia Tenggara yaitu 500 kg per orang.
"Kami yakin, kalau daya belinya bagus, nanti permintaannya akan tumbuh lagi. Selain itu, konsumsi semen per kapita Indonesia pun juga masih rendah, ini artinya bukti bahwa kondisi
oversupply bisa berbalik arah lagi," lanjutnya.
Tolak MoratoriumAtas alasan itu juga Kemenperin tak pernah setuju dengan usulan moratorium investasi semen dari instansi lainnya. Lagipula, investasi semen membutuhkan dana yang besar dan proses pembangunan yang lama, sehingga tak semua perusahaan mampu masuk ke pasar semen di Indonesia.
Achmad mencatat, di tahun ini rencananya hanya akan ada satu realisasi baru investasi semen, yaitu proyek PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Rembang, Jawa Tengah. Sayangnya, program ini harus mundur dari jadwal seharusnya yaitu Mei 2017 karena masih ada polemik terkait studi lingkungannya.
"Kami tidak takut jika saat ini
oversupply, malah kami perkirakan, dibutuhkan penambahan produksi semen lagi di masa depan. Patokannya gampang, konsumsi per kapitanya baru sedikit," paparnya.
Sebagai informasi, produksi semen di tahun lalu tercatat 74,27 juta ton dengan konsumsi sebesar 56,5 juta ton. Dengan demikian, pada tahun lalu terjadi
oversupply sebanyak 17,77 juta ton.