Jakarta, CNN Indonesia -- Sektor keuangan berhasil menjadi primadona atau terkuat dari laju indeks sektoral sepanjang pekan lalu. Hal ini terjadi pasca beberapa emiten perbankan merilis laporan keuangan kuartal I 2017 yang menunjukan perbaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Indeks saham sektor keuangan berhasil melesat ke level 891,913, atau naik 1,75 persen. Padahal, dua minggu lalu tercatat melemah 0,09 persen ke level 876,611.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Permata Tbk (BNLI) merupakan dua emiten yang bangkit setelah mengalami keterpurukan sebelumnya. Tercatat, laba bersih Bank Mandiri naik 6,9 persen dari Rp3,8 triliun menjadi Rp4,1 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmdjo menyebut, kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar tiga persen menjadi Rp13,4 triliun. Selain itu, peningkatan atas jasa (fee based income) sebesar 25 persen juga ikut menopang pertumbuhan kinerja Bank Mandiri sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Sementara, Bank Permata berhasil membenahi kinerjanya pada awal tahun ini. Di mana perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp453 miliar, berbanding terbalik dengan sebelumnya yang menelan kerugian bersih sebesar Rp376 miliar.
"Sektor keuangan naik karena emiten perbankan. Bank-bank besar itu kan menjadi prioritas pekan kemarin. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan Bank Mandiri itu yang saham lapis kedua, lalu saham lapis kedua seperti Bank Permata laba bersih naik signifikan," ungkap Kepala Riset Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan kepada CNNIndonesia.com, dikutip Selasa (2/5).
BNI sendiri meraup laba bersih Rp3,23 triliun, atau naik 8,7 persen dari sebelumnya. Menurut Direktur Perencanaan dan Operasional BNI Perbankan BNI Bob T. Ananta, peningkatan tersebut didorong dari naiknya kredit perusahaan. Tercatat, penyaluran kredit BNI naik 21,4 persen menjadi Rp396,2 triliun.
Selain itu, juga ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang merilis kinerja positif. Laba bersih BCA tumbuh 10,7 persen menjadi Rp5 triliun dari Rp4,5 triliun. Sementara, BRI meraih laba bersih sebesar Rp6,47 triliun atau meningkat 5,5 persen dari Rp6,1 triliun.
"Bisa dikatakan sepanjang pekan, pelaku pasar banyak menyasar saham perbankan lapis pertama seperti BRI, BCA, BNI, dan Bank Mandiri," sambung Alfred.
Tidak hanya karena laporan keuangan kuartal pertama, ujar Alfred, kenaikan indeks sektor keuangan juga ditopang oleh pertumbuhan kredit perbankan dalam tiga bulan pertama tahun ini sebesar 9,2 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 8,7 persen.
"Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melansir pertumbuhan kredit kuartal pertama, sehingga pasar semakin percaya diri terhadap sektor perbankan," tutur Alfred.
Di sisi lain, analis Samuel Sekuritas Muhammad Al Fatih berpendapat, sektor perbankan juga mendapat dampak positif dari sentimen regional berupa pertumbuhan ekonomi China yang naik pada kuartal I 2017 sebesar 6,9 persen secara tahunan.
"Indonesia kan banyak melakukan ekspor ke China, jadi secara makro ekonomi membaik. Kalau ekonomi membaik, tentu pasar perbankan akan mendapatkan imbasnya," ucap Al Fatih.
Namun, Alfred pesimistis sektor keuangan akan tumbuh signifikan atau menjadi pemimpin dalam indeks sektoral pada pekan ini. Hal ini disebabkan, pelaku pasar diprediksi melakukan aksi ambil untung (
profit taking) di beberapa saham emiten perbankan karena kenaikannya sepanjang pekan lalu.
Terpantau, dari empat bank besar hanya BCA, BNI, dan Bank Mandiri yang tumbuh bila diakumulasi sepanjang pekan lalu, sedangkan BRI turun tipis 1,71 persen. Untuk BCA mengalami kenaikan 2,01 persen, BNI tumbuh 2,82 persen, dan Bank Mandiri menanjak 1,29 persen.
Kemudian, jika memang kondisi geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dengan Korea Utara semakin memanas, maka bukan tidak mungkin pelaku pasar asing memutuskan untuk keluar sementara untuk mengamankan asetnya dari pasar modal.
"Kenaikan saham banyak didorong dana asing, sektor keuangan sendiri bobotnya tinggi di pasar modal jadi ikut terpengaruh," imbuh Al Fatih.
Senada, Alfred beranggapan perlunya ada sentimen baru untuk meningkatkan harga saham emiten perbankan pekan ini. Sentimen tersebut bisa datang dari aksi korporasi emiten masing-masing sehingga menambah gairah pelaku pasar melakukan aksi beli pada saham emiten tersebut.
"Contohnya kalau BCA ada perkembangan finalisasi akuisisi bank kecil. Kemudian, dari sisi makro berharap ada kejutan, dan sentimen dari peringkat S&P misalnya. Kalau tidak ada sentimen cukup kuat maka pelaku pasar akan melakukan
profit taking," papar Alred.
Ia menambahkan, beberapa emiten yang menarik untuk dikoleksi pekan ini diantaranya, emiten yang bergerak dalam bisnis pakan ternak dan properti. Secara historis kinerja emiten pakan ternak akan mengalami kenaikan karena peningkatan harga daging ayam jelang Lebaran.
"Jika naik ini akan menguntungkan untuk sektor pakan ternak. Namun jika harga tidak naik atau stabil maka bisa jadi negatif, karena pelaku pasar ekspektasinya kan naik sehingga mendulang keuntungan jelang Lebaran," tutur Alfred.
Sementara, Alfred menilai sudah saatnya pelaku pasar melakukan akumulasi beli pada saham emiten properti, ditengah harga saham yang masih rendah. Ia memprediksi, harga saham emiten properti sudah mencapai harga terbawahnya, sehingga secara teknikal akan mengalami kenaikan pada semester kedua.