Namun, Alfred pesimistis sektor keuangan akan tumbuh signifikan atau menjadi pemimpin dalam indeks sektoral pada pekan ini. Hal ini disebabkan, pelaku pasar diprediksi melakukan aksi ambil untung (
profit taking) di beberapa saham emiten perbankan karena kenaikannya sepanjang pekan lalu.
Terpantau, dari empat bank besar hanya BCA, BNI, dan Bank Mandiri yang tumbuh bila diakumulasi sepanjang pekan lalu, sedangkan BRI turun tipis 1,71 persen. Untuk BCA mengalami kenaikan 2,01 persen, BNI tumbuh 2,82 persen, dan Bank Mandiri menanjak 1,29 persen.
Kemudian, jika memang kondisi geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dengan Korea Utara semakin memanas, maka bukan tidak mungkin pelaku pasar asing memutuskan untuk keluar sementara untuk mengamankan asetnya dari pasar modal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenaikan saham banyak didorong dana asing, sektor keuangan sendiri bobotnya tinggi di pasar modal jadi ikut terpengaruh," imbuh Al Fatih.
Senada, Alfred beranggapan perlunya ada sentimen baru untuk meningkatkan harga saham emiten perbankan pekan ini. Sentimen tersebut bisa datang dari aksi korporasi emiten masing-masing sehingga menambah gairah pelaku pasar melakukan aksi beli pada saham emiten tersebut.
"Contohnya kalau BCA ada perkembangan finalisasi akuisisi bank kecil. Kemudian, dari sisi makro berharap ada kejutan, dan sentimen dari peringkat S&P misalnya. Kalau tidak ada sentimen cukup kuat maka pelaku pasar akan melakukan
profit taking," papar Alred.
Ia menambahkan, beberapa emiten yang menarik untuk dikoleksi pekan ini diantaranya, emiten yang bergerak dalam bisnis pakan ternak dan properti. Secara historis kinerja emiten pakan ternak akan mengalami kenaikan karena peningkatan harga daging ayam jelang Lebaran.
"Jika naik ini akan menguntungkan untuk sektor pakan ternak. Namun jika harga tidak naik atau stabil maka bisa jadi negatif, karena pelaku pasar ekspektasinya kan naik sehingga mendulang keuntungan jelang Lebaran," tutur Alfred.
Sementara, Alfred menilai sudah saatnya pelaku pasar melakukan akumulasi beli pada saham emiten properti, ditengah harga saham yang masih rendah. Ia memprediksi, harga saham emiten properti sudah mencapai harga terbawahnya, sehingga secara teknikal akan mengalami kenaikan pada semester kedua.