Jakarta, CNN Indonesia -- PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) mengaku tidak mudah menembus pasar ekspor untuk produk minuman beralkohol yang dijualnya. Pasalnya, minuman bir erat dengan karakteristik masing-masing negara sehingga warga negara asing tidak mudah mengonsumsi bir dari negara lain.
"Pasar ekspor tidak mudah, ini terkait dengan karakteristik masing-masing negara. Kebanyakan mengonsumsi bir dari negara yang bersangkutan," ujar Direktur Pemasaran Delta Djakarta Ronny Titiheruw, Rabu (3/5).
Ronny mengaku, manajemen masih fokus pada penjualan di dalam negeri. Terlebih lagi, pemerintah tengah mengembangkan industri wisata di Indonesia. Sehingga, perusahaan akan memanfaatkan hal itu untuk mendorong penjualan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Area domestik masih banyak, selain di Indonesia Timur, ada Sumatera dan Kalimantan pertumbuhan kelas menengah dan pusat perbelanjaan terus meningkat," tambahnya.
Ronny mencatat total minuman yang diekspor oleh Delta Djakarta hanya sekitar 20 ribu liter per tahun. Sementara, kapasitas produksi pabrik per tahun sebanyak 1,1 juta liter, dengan tingkat utilisasi pabrik baru sekitar 70 persen.
Sebelumnya, perusahaan mengaku bakal mencoba peruntungan dengan mengekspor produksinya ke beberapa negara di ASEAN karena sulit menjual produknya di kota-kota besar di Indonesia.
Hal ini terkait dengan larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) sejak 2014 lalu. Secara otomatis, hal ini membuat perusahaan kesulitan mempertahankan jumlah penjualan.
Untuk tahun ini sendiri, Delta Djakarta masih akan tetap mempertahankan beberapa produk minuman yang sudah ada saat ini, diantaranya San Miguel Pale Pilsen, Anker Beer, Anker Stout, dan Carlsberg Beer.
Bahkan, Delta Djakarta cukup percaya diri untuk menambah produk minumannya untuk melengkapi portofolionya dan meningkatkan pangsa pasar.
"Kami juga mempertimbangkan kemungkinan meluncurkan bir baru," imbuhnya.
Sejalan dengan rencana bisnis tahun ini, manajemen akan menaikkan alokasi belanja modal (
capital expenditure/capex) sekitar 10 persen dari belanja modal tahun lalu Rp10 miliar.
"Belanja modal untuk operasional perusahaan, dari kas internal," jelasnya.
Sekadar informasi, penjualan Delta Djakarta pada kuartal I 2017 naik menjadi Rp217,78 miliar dari sebelumnya Rp197,11 miliar. Hal itu mendorong raihan laba bersih perusahaan menjadi Rp77,57 miliar dari sebelumnya yang hanya Rp57,02 miliar.
Sementara, perusahaan membagikan keuntungan (dividen) sebesar Rp144,11 miliar kepada pemegang saham dari total laba bersih perusahaan tahun 2016 sebesar Rp253,72 miliar.