Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menargetkan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Mikro sebesar Rp200 miliar hingga akhir tahun nanti. KPR Mikro merupakan produk KPR untuk renovasi rumah pekerja informal dan pedagang dengan pendapatan tak tetap di kisaran Rp1,8 juta - Rp2,8 juta per bulan dengan plafon maksimal Rp75 juta per unit.
Adapun, suku bunga yang ditawarkan KPR Mikor sebesar 7,99 persen per tahun dengan tenor maksimal 10 tahun. Yang menarik, nasabah program ini dapat membayarkan cicilan secara harian, mingguan, atau bulanan.
Untuk dapat mendapatkan KPR Mikro, debitur harus memiliki lahan atas rumah yang direnovasi dan tercatat sebagai nasabah simpanan emiten perbankan berkode BBTN tersebut minimal tiga bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Komersial BTN Handayani mengungkapkan, dengan asumsi besaran kredit yang dikeluarkan rata-rata Rp50 juta per debitur diharapkan jumlah debitur KPR Mikro bisa mencapai 4.000 nasabah.
"Kendalanya lebih kepada status kepemilikan tanah karena banyak yang tanahnya masih tanah adat, tanah girik, sehingga untuk KPR Mikro sejauh ini baru 300 pemohon," ujar Handayani, dikutip Rabu (10/5)
Sebagai salah satu strategi memasarkan produk KPR Mikro, bank pelat merah yang fokus pada penyaluran kredit perumahan tersebut juga melakukan pendekatan kepada asosiasi pelaku usaha informal, terutama di luar DKI Jakarta.
Sejak diluncurkan pada Februari 2017 lalu, BTN telah bekerja sama dengan Asosiasi Pedagang Bakso dan penyedia aplikasi layanan transportasi daring Go-Jek untuk menawarkan KPR Mikro kepada mitra.
Dalam waktu dekat BTN juga akan bekerja sama dengan penyedia aplikasi layanan transportasi daring Grab serta asosiasi tukang cukur.
Menurut Handayani, BTN sangat berhati-hati dalam menyalurkan KPR Mikro. Hal itu dilakukan dengan memberikan edukasi kepada debitur dan melihat kemampuan bayar debitur. Dengan demikian, risiko kredit macet (NPL) debitur bisa ditekan.
"Sebenarnya, pangsa pasar KPR Mikro banyak, tetapi kami betul-betul pastikan secara proses itu baik sehingga tidak menuai NPL yang tinggi," pungkasnya.