Rating Dikerek, Pemerintah Tak Buru-buru Rilis Surat Utang

CNN Indonesia
Senin, 22 Mei 2017 14:44 WIB
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyatakan tidak berencana merilis surat utang di bulan ini, dan masih menunggu waktu yang tepat.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menyatakan tidak berencana merilis surat utang di bulan ini, dan masih menunggu waktu yang tepat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan masih mempertimbangkan waktu penerbitan surat utang atau Surat Berharga Negara (SBN) meski Indonesia telah mendapat rating layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) pada akhir pekan lalu.

“Nanti pada bulan yang baik. Tidak (di Juni ini). Masih menunggu tanggal baik. Tunggu saja,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) Robert Pakpahan singkat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (22/5)

Kendati demikian, Robert memang melihat bahwa pemberian rating layak investasi dari S&P pada pekan lalu bisa meningkatkan gairah investor untuk menanamkan investasi di Tanah Air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apalagi, sebelumnya, Indonesia juga telah mendapat rating kelayakan investasi dari dua lembaga pemeringkat lainnya, yaitu Moody’s dan Fitch.

Senada dengan Robert, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang P.S Brodjonegoro menilai, kenaikan rating layak investasi bagi Indonesia bisa dimanfaatkan pemerintah untuk mencari suntikan dana segar dari pasar uang internasional melalui penerbitan surat utang.

Pasalnya, menurut mantan Menteri Keuangan itu, dengan modal layak investasi dari S&P, Moody’s, dan Fitch, Indonesia bisa menawarkan surat berharga dengan imbal hasil yang lebih rendah. Harga yang lebih rendah tersebut diyakini mampu mengurangi beban pemerintah dalam membayar bunga imbal hasil lebih murah kepada investor.

"Jadi harapannya dengan S&P sudah investment grade, cost of fund (biaya dana) nya akan lebih turun lagi, jadi ini bisa membuat surat utang kita lebih kompetitif dan yang paling penting cost of fund-nya turun," kata mantan Menteri Keuangan itu, pada kesempatan yang berbeda.

Seperti diketahui, akhir pekan lalu, S&P resmi mengerek rating kelayakan investasi Indonesia dari ‘BB+’ menjadi ‘BBB-’ atau layak investasi. Bahkan, dengan pengerekan rating tersebut, pasar modal Indonesia langsung memberikan respon positif.

Tercatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil meroket sekitar 2,59 persen ditutup di level 5.791, setelah sebelumnya bergerak di rentang 5.630-5.825.

Tak hanya pasar modal, respon positif juga terlihat dari pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah yang menguat 0,23 persen atau sebanyak 31 poin ke kisaran Rp13.325 per dolar Amerika Serikat (AS), setelah sebelumnya rupiah bergerak di kisaran Rp13.298 sampai Rp13.420 per dolar AS.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER