Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memprediksi bahwa kenaikan peringkat utang luar negeri Standard and Poor (S&P) Global Rating akan membawa dampak aliran dana masuk (
capital inflow) yang luar biasa.
Kepala BKPM Thomas Lembong menilai aliran dana tersebut akan semakin membaik setelah lembaga pemeringkat itu memberi cap layak investasi dan
outlook stabil.
Ia menambahkan, ada prediksi bahwa kenaikan peringkat S&P ini bisa mendatangkan inflow sebesar US$5 miliar hingga US$10 miliar dalam 12 bulan mendatang, atau setara Rp65 triliun hingga Rp130 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Thomas mengatakan, angka itu dihimpun dari prediksi yang dilakukan oleh beberapa riset investment bank.
"Dampak langsung dari
rating upgrade adalah di pasar modal. Segera beberapa
investment bank memperkirakan tambahan
capital inflow selama 12 hingga 24 bulan mendatang. Sehingga, dana yang akan masuk ke pasar modal ini akan ekuivalen Rp65 triliun hingga Rp130 triliun," papar Thomas, Selasa (23/5).
Meski demikian,
capital inflow ini dianggapnya hanya dampak sementara saja. Dalam jangka menengah, ia optimistis dana mengalir ini akan masuk ke sektor riil. Sehingga, ada kemungkinan dana masuk ini bisa menopang realisasi investasi Indonesia.
Namun, dampak peralihan
inflow menjadi realisasi investasi ini tidak dapat terjadi dalam waktu singkat. Menurutnya, dibutuhkan waktu 24 hingga 36 bulan bagi capital inflow untuk berubah menjadi realisasi investasi di sektor riil.
Sebagai informasi, BKPM mencatat realisasi investasi riil tahun 2016 sebesar Rp612,8 triliun atau meningkat 12,3 persen dibanding posisi tahun lalu sebesar Rp545,4 triliun. Sementara itu, pada tahun ini, BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp670 triliun untuk tahun ini.
"Meski tak sebentar, tapi dalam jangka pendek ada dampak psikologis bahwa
inflow bisa diubah ke sektor riil," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kenaikan peringkat S&P ini harus dijaga dengan baik karena rating ini sangat sulit untuk diraih. Menurutnya, lembaga pemeringkat itu tepat memberikan rating baik bagi Indonesia melihat dari upaya yang dikerjakan dari sisi moneter maupun fiskal.
"Memang S&P ini yang paling sulit untuk diraih, ini tanda yang baik bahwa mereka memberi peringkat karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disiplin serta cadangan devisa tertinggi dalam tujuh tahun terakhir," pungkasnya.
S&P akhirnya meningkatkan peringkat utang luar negeri jangka panjang Indonesia menjadi BBB- dari BB+ pada pekan lalu. S&P juga menaikkan peringkat utang luar negeri jangka pendek Indonesia menjadi A-3 dari B dan peringkat jangka panjang regional ASEAN di axA- dari AxBBB+.
Kenikan peringkat ini didasarkan pada penilaian penurunan risiko metrik fiskal Indonesia yang berimbas pada pengurangan risiko rasio utang pemerintah bersih dan beban pembayaran utang.