Jakarta, CNN Indonesia -- PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) tengah melakukan diskusi awal dengan beberapa pihak untuk melakukan pengembangan bisnis tambang selain bisnis kontraktor pertambangan batu bara.
Direktur Keuangan Delta Dunia Eddy Purwanto menjelaskan, pengembangan bisnis itu terkait dengan tambang mineral dan energi baru terbarukan (EBT). Hanya saja, perusahaan masih belum dapat memutuskan kapan tepatnya pengembangan itu dilakukan.
"Kami lagi diskusi awal. Belum tahu kapan," ungkap Eddy, Selasa (23/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk saat ini, perusahaan sendiri telah berkecimpung dalam bisnis EBT. Hanya saja, porsinya masih jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan batu bara.
Meski perusahaan memiliki niat untuk melakukan pengembangan bisnis, tetapi manajemen tidak akan mengubah fokus bisnis perusahaan yang berada dalam sektor jasa kontraktor batu bara.
"Kami lebih banyak fokus pada kontrak baru jasa penambangan batu bara ya. Meskipun tidak menutup kemungkinan untuk jasa penambangan mineral atau jasa bidang EBT," papar dia.
Lebih lanjut Eddy mengatakan, selain ajakan untuk merambah bisnis lain, perusahaan juga mendapatkan tawaran dari beberapa perusahaan tambang untuk ikut menanamkan modal.
"Ada beberapa perusahaan tambang yang minta kami menanamkan modal. Ini sesuai dengan perkembangan harga batu bara," terangnya.
Seperti diketahui, harga batu bara sepanjang tahun lalu memang berhasil mencapai puncak hingga menembus ke level US$100 per metrik ton.
Namun, harga batu bara kembali fluktuatif pada tahun ini dan berkisar US$70-US$80 per metrik ton. Perusahaan berharap harga batu bara maksimal dapat bertahan di level US$65-US$75 per metrik ton.
Adapun, perusahaan menargetkan kenaikan pendapatan US$700 juta-US$750 juta dari pendapatan akhir tahun 2016 US$611 juta. Artinya, perusahaan berharap adanya kenaikan pendapatan dari posisi akhir tahun lalu sekitar 14,56 persen-22,74 persen.
Sementara, perusahaan enggan buka suara soal target kontrak baru batu bara tahun ini. Yang pasti, manajemen terus menggenjot produksi batu bara sebesar 45 juta ton-50 juta ton.
Asal tahu saja, total produksi batu bara perusahaan tahun lalu sebesar 35 juta ton. Kemudian, volume
overburden sebesar 300 juta bcm.
Kinerja Kuartal I 2017Eddy memaparkan, selama kuartal I 2017 perusahaan meraup peningkatan laba bersih yang signifikan. Laba bersih perusahaan naik hingga 675,51 persen menjadi US$23,74 juta dari sebelumnya US$3,06 juta.
Hal ini disebabkan adanya kenaikan pendapatan sebesar 43 persen menjadi US$181 juta dari US$127 juta. Sementara itu, total produksi batu bara naik 31 persen menjadi 10,2 juta ton dari 7,8 juta ton.
"Karena tren harga batu bara naik jadi pendapatan di kuartal I mengalami peningkatan," ungkap Eddy.
Perusahaan juga mengalokasikan belanja modal (
capital expenditure/capex) sebesar US$150 juta-US$160 juta tahun ini. Menurut Eddy, 80 persen dana itu akan digunakan untuk peremajaan peralatan dan sisanya untuk pengembangan teknologi informasi.