Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mengonfirmasi dua calon kuat mitra untuk menggarap kilang Grass Root Refinery (GRR) baru di Bontang, Kalimantan Timur. Dua perusahaan tersebut adalah China Petroleum & Chemical Corporation (Sinopec) serta Kuwait Petroleum International (KPI).
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, kedua perusahaan tersebut melangkah maju karena memberi penawaran yang cukup menarik.
"Yang serius tingkat tingi ada dua, yaitu Sinopec dan KPI," papar Hardadi, Kamis (24/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, dua perusahaan ini dipilih dari sembilan perusahaan yang mengajukan minat untuk menjadi mitra Pertamina di kilang Bontang.
Sembilan perusahaan ini, jelasnya, dipilih dari pelaksanaan
project expose pada bulan Februari lalu. Rencananya, proses lelang ini akan selesai dua hingga tiga bulan mendatang.
"Ini masih dalam evaluasi, akhir Juni atau Juli mungkin nanti akan disampaikan," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, nantinya perusahaan pelat merah itu hanya mengambil porsi kepemilikan kilang antara 5 hingga 10 persen saja. Pasalnya, keuangan Pertamina terbilang ketat demi membiayai proyek-proyek lainnya.
Namun, ia tak ingin Pertamina untuk memiliki kewajiban untuk menanggung penyerapan (
offtake) hasil kilang seluruhnya.
Massa berharap, Pertamina dan mitra kilang Bontang mendatang bisa mengimplementasikan pemasaran hasil kilang bersama (
joint marketing effort) demi meminimalisasi jumlah kewajiban (
liabilities) yang perlu dicatat di pembukuan Pertamina.
"Kami tidak mau ada
offtake guarantee. Ini yang perlu dibicarakan dalam proses seleksi. Kami lebih
prefer joint marketing effort di pemasaran produknya sehingga kami terhindar dari
liabilities," tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan bahwa Kuwait dan China tengah bersaing ketat untuk menjadi mitra Pertamina di kilang Bontang.
Ia menyampaikan, kedua calon investor tersebut dipandang mengajukan nilai penawaran yang kompetitif dan juga menyerahkan dokumen yang lengkap.
"China dan Kuwait memang yang jadi
leading. Mereka mengajukan penawaran dan
comply dan kompetitif. Yang lain sayangnya tidak mengajukan," jelas Arcandra pekan lalu.
Sebagai informasi, Pertamina mendapat penugasan pemerintah untuk menggarap kilang Bontang sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 7935 K/10/MEM/2016 yang terbit pada akhir tahun 2016 silam.
Menurut Kepmen tersebut, kapasitas kilang Bontang diharapkan sebesar 300 ribu barel per hari dengan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) berjenis bensin sebanyak 60 ribu barel per hari dan Solar minimal sebanyak 124 ribu barel per hari dengan standar Euro IV.
Adapun, kilang Bontang diperkirakan akan selesai tahun 2025 nanti. Proyek yang diestimasi menelan dana US$12 miliar hingga US$15 miliar ini adalah satu dari dua kilang baru yang akan dibangun Pertamina dalam jangka 10 tahun mendatang.