Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai peringkat layak investasi
(investment grade) yang disematkan oleh lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) bakal mendorong masuknya aliran modal asing
(foreign direct investment/FDI) hingga 1,5 tahun ke depan. Pasalnya, peringkat tersebut akan membuat para manajer investasi meningkatkan portofilionya di Indonesia.
Indonesia sendiri cukup lama menunggu disematkannya peringkat layak investasi oleh S&P. Pasalnya, peringkat tersebut menjadi pelengkap penilaian dua lembaga pemeringkat internasional lainnya, yakni Moody's dan Fitch yang jauh lebih dulu menyematkan predikat layak investasi kepada Indonesia.
"Saya melihat bahwa
investment grade itu adalah penegasan bahwa Indonesia memang layak investasi. Kami perkirakan dalam enam bulan sampai 1,5 tahun ke depan akan membuat
foreign direct investment akan meningkat," tutur Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Gedung Thamrin BI, Senin (29/5) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun hingga akhir pekan lalu, aliran dana asing yang mengalir ke portofolio investasi Indonesia sudah mencapai Rp108 triliun. Jumlah ini naik 74,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp62 triliun.
Agus berharap investasi langsung dari asing tersebut dapat diarahkan pemerintah ke sektor-sektor industri yang strategis. Industri tersebut menurut dia, antara lain, yang berorientasi pada ekspor, industri yang selama ini belum digarap di Indonesia, serta industri yang membuka kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat.
Di sisi lain, Agus tetap mewaspadai perkembangan dunia, terutama perkembangan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Dia menyontohkan, pengumuman realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 yang berada diatas perkiraan membuat dolar AS menguat terhadap mata uang negeara lain di dunia termasuk Indonesia.
Data terakhir menunjukkan, perekonomian Negeri Paman Sam meningkat menjadi 1,2 persen pada kuartal I naik dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 0,7 persen. Adapun pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah bergerak melemah di Rp13.320 per dolar AS atau turun 26 poin (0,2 persen), setelah bergerak di kisaran Rp13.298-Rp13.324.
"Meski ada sentimen dolar AS menguat, namun sampai saat ini Rupiah
year to date masih mengalami penguatan 1,2 persen," kata Agus.
Selain itu, pelaku usaha dunia juga mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan AS yang diperkirakan akan terjadi sebanyak tiga kali, masing-masing, pada tahun ini dan tahun depan. Kebijakan ini berpotensi memperkuat nilai tukar dolar AS ke depan.