Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup bervariasi pada sesi perdagangan kamis waktu Amerika Serikat (AS), dipengaruhi oleh berbagai sentimen.
Dikutip dari
Reuters, harga Brent ditutup melemah US$0,13 per barel ke angka US$50,63 per barel. Hal ini seiring kecemasan pelaku pasar bahwa produsen minyak utama masih khawatir bahwa persediaan terus meningkat.
Dari survei yang dilakukan Rabu kemarin, produksi dari organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) meningkat pada bulan Mei akibat penambahan suplai dari Nigeria dan Libya. Dua negara tersebut memang dikecualikan dari kebijakan OPEC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, produksi dari kedua negara itu digadang menggagalkan aksi pembatasan produksi kartel minyak itu. Padahal, OPEC dan produsen jumbo lain seperti Rusia sepakat untuk memangkas produksi 1,8 juta barel per hari demi mengurangi persediaan yang hampir mendekati rekor.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo menilai, saat ini adalah waktu yang terlalu dini untuk memaksa Nigeria dan Libya agar patuh terhadap pemangkasan produksi. Pasalnya, kedua negara tersebut masih perlu menyelesaikan beberapa masalah.
Meski begitu, OPEC berencana akan memangkas produksi minyak sebesar 1 hingga 1,5 persen jika persediaan masih memuncak.
Di sisi lain, harga West Texas Intermediate (WTI) justru menguat US$0,04 per barel ke angka US$48,36 per barel karena adanya penurunan persediaan minyak mentah dan bensin AS pada pekan lalu.
Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS turun 6,4 juta barel atau lebih tinggi dari perkiraan sebesar 4,4 juta barel. Sementara itu, persediaan bensin juga menyusut seiring dimulainya musim panas.
Kendati demikian, produksi AS diperkirakan akan terus meningkat akibat menjamurnya kegiatan pengeboran minyak non-konvensional. Saat ini, produksi AS tercatat 9,34 juta barel per hari atau mendekati level produsen raksasa seperti Arab Saudi dan Rusia.