Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga riset energi internasional Wood Mackenzie menyebutkan pemangkasan produksi minyak yang dilakukan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dinilaimampu mendorong harga minyak setidaknya hingga kuartal pertama tahun depan.
Bahkan, perpanjangan pemangkasan produksi berpeluang memengaruhi harga minyak sepanjang tahun depan. Keputusan OPEC dianggap berdampak kental terhadap harga minyak.
Apalagi, Vice President Research Macro Oil Wood Mackenzie Ann-Louise Hittle bilang, pertemuan yang terjadi di Wina, Austria, juga memberi sinyal kepada industri hulu migas Amerika Serikat (AS) untuk menyesuaikan produksinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan harga yang semakin menguat, produsen pasti tidak akan membiarkan penurunan harga dengan menambah produksi. Dengan keputusan ini, ia memprediksi, produksi hulu minyak di AS juga bisa semakin mengetat.
Saat ini, produksi minyak AS tercatat 9,3 juta barel per hari akibat kenaikan produksi minyak non-konvensional pasca perbaikan harga minyak. Angka ini naik 10 persen dibandingkan posisi pertengahan 2016 lalu.
"Dengan harga yang semakin kuat, kami prediksi bahwa sektor minyak di AS bisa terus mengetat memasuki 2018 nanti. Keputusan di Wina memberi sinyal bagi perbaikan harga minyak dari OPEC dan bisa membantu perencanaan pengeboran onshore AS," ujar Hittle melalui riset dikutip Jumat (26/5).
Kendati demikian, dampak pemangkasan produksi ini tidak akan membuat perubahan harga yang signifikan di sepanjang tahun ini. Meski, memang Wood Mackenzie melihat faktor fundamental harga minyak tidak akan bergejolak pada paruh kedua tahun ini.
"Kami memang sudah melihat sejak Januari bahwa pemangkasan produksi akan diperpanjang hingga tahun depan," paparnya.
Ia melanjutkan, perpanjangan pembatasan produksi hingga kuartal I 2018 tentu bakal menggerus pangsa pasar OPEC. Adapun, OPEC Annual Statistical Bulletin 2016 melansir, pangsa pasar OPEC tercatat sebesar 43,04 persen per 2015 lalu.
"Saat ini, sudah jelas bahwa pengurangan produksi akan mengurangi pangsa pasar OPEC," jelasnya.
OPEC akhirnya sepakat untuk kembali memperpanjang pengurangan produksi hingga kuartal I mendatang. Ini melanjutkan kebijakan OPEC yang sebelumnya dimulai pada 1 Januari 2017 silam di mana seluruh anggota dan beberapa anggota non-OPEC sepakat untuk memangkas produksi 1,8 juta barel per hari.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengungkapkan, menteri-menteri dari negara anggota OPEC lainnya tidak melihat urgensi untuk memangkas produksi lebih dalam lagi.
"Kami pertimbangkan beberapa skenario, dari enam bulan hingga 12 bulan dan kami bahkan mempertimbangkan untuk memangkas lebih jauh lagi. Tapi, dari segala konsideradi, sembilan bulan merupakan waktu yang optimal," kata Khalid dikutip dari Reuters.
Namun demikian, kebijakan tersebut direspon negatif oleh pasar. Harga minyak malah terjun lima persen pada perdagangan hari Kamis waktu Amerika Serikat (AS) karena investor menginginkan adanya pemangkasan produksi yang lebih besar lagi.
Akibatnya, harga Brent LCOc1 melemah US$2,5 per barel ke angka US$51,46 per barel. Sementara itu, harga WTI CLc1 anjlok US$2,46 per barel ke angka US$48,9 per barel. Kedua harga patokan ini mengalami persentase penurunan terdalam sejak 8 Maret silam.