Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) mengaku akan segera menandatangani kontrak jual beli listrik
(Power Purchase Agreement/PPA) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang pada bulan depan. Setidaknya, sebanyak enam PPA akan dilakukan dengan kapasitas mencapai 1.500 Megawatt (MW).
Direktur Utama PLN Sofyan Basyir mengatakan, keenam lokasi PLTU mulut tambang itu seluruhnya berlokasi di Kalimantan dan Sumatera. Sayang, ia tak hapal nama-nama proyek yang sedianya akan diteken kontraknya.
"Bulan depan rencananya mau ada enam PPA untuk PLTU Mulut Tambang," jelas Sofyan ditemui di Kementerian ESDM Jumat malam (2/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, PPA ini akhirnya bisa ditandatangani setelah pemetaan PLTU mulut tambang dimasukkan ke dalam Rencana Umum Penyediaan Usaha Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026. RUPTL tersebut telah disetujui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bulan April silam.
Dengan demikian, PPA yang akan dilakukan bukanlah lelang baru. Hanya saja, proposal PLTU sempat tertahan akibat pemerintah belum menyetujui RUPTL tahun ini. Sebelumnya, PLN mengatakan ada tujuh PPA yang terhambat akibat belum disetujuinya RUPTL.
Adapun sebagian PPA tersebut dilakukan demi mengubah PLTU non mulut tambang menjadi PLTU mulut tambang. "Semua PPA itu yang kami undang. Bulan depan memang baru masuk enam," jelasnya.
Di dalam RUPTL 2017 hingga 2026, PLN berencana menambah 16 proyek PLTU mulut tambang, dengan rincian sembilan pembangkit di Sumatera dan tujuh pembangkit di Kalimantan. Jika rampung, 16 proyek itu bisa menghasilkan listrik sebesar 6.990 MW.
Ini akan membuat bauran energi
(energy mix) bagi batu bara mencapai 50,4 persen dari awalnya 50,3 persen dari total bauran energi. Adapun, tambahan kapasitas pembangkit bertenaga batu bara diproyeksi sebesar 31,9 Gigawatt (GW) pada 10 tahun mendatang.
Sekuritisasi AsetSelain melakukan PPA, Sofyan mengatakan perusahannya juga segera melakukan sekuritisasi aset atas pembangkit yang dikelola anak usaha, PT Indonesia Power dalam waktu dekat. PLN berharap, aksi korporasi ini bisa mendulang dana sebanyak Rp5 triliun hingga Rp10 triliun dalam 10 tahun mendatang.
Sayangnya Sofyan tak menyebutkan pembangkit mana saja yang sedianya akan dilakukan sekuritisasi. Namun, pembangkit pertama yang akan disekuritisasi rencananya adalah PLTU Suralaya yang memiliki kapasitas 3.400 MW.
"Kami tidak begitu ingat (nama-nama pembangkitnya) karena di dalamnya juga ada pembangkit dengan skala yang lebih kecil," pungkas Sofyan.