Arcandra Sebut Target Lifting Minyak 2018 Terlalu Rendah

CNN Indonesia
Senin, 05 Jun 2017 12:55 WIB
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar berharap lifting minyak Indonesia dapat berada diatas 800 ribu barel per hari pada tahun depan.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar juga mengaku pihaknya juga akan melakukan evaluasi kembali target lifting dalam APBNP 2017, melihat kemampuan yang ada. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai, batas bawah target produksi minyak siap jual (lifting) di dalam kerangka Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masih terlalu rendah. Menurutnya, pemerintah masih dapat berupaya untuk mengerek lifting minyak di atas batas bawah yang diketok DPR yaitu 771 ribu barel per hari.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar berharap, lifting minyak Indonesia dapat berada diatas 800 ribu barel per hari. Kalau pun nantinya target lifting mendekati batas bawah, instansinya sudah memiliki target internal sendiri yang jauh lebih besar.

"Spiritnya kan (batas bawah) 771 ribu barel per hari, target kami inginnya lebih dari itu. Kami sebisa mungkin, sekuat tenaga memiliki target internal yang lebih dari itu," papar Arcandra, Senin (5/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk meningkatkan produksi, pemerintah meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) membuat strategi agar produksi bisa ditahan di angka yang diinginkan.

Menurutnya, salah satu strategi yang tengah dipikirkan adalah penggunaan teknologi yang bisa meningkatkan produksi dalam waktu singkat. "Selain itu, kami juga follow up untuk masalah perizinan yang sering dibilang lama," ungkapnya.

Selain itu, Arcandra bilang bahwa target lifting di APBNP 2017 juga akan dievaluasi kembali melihat kemampuan yang ada. Namun, hingga kuartal I 2017, lifting minyak berada pada posisi yang hampir mendekati target.

Menurut data SKK Migas, realisasi lifting per 31 Maret 2017 hanya mencapai 787,8 ribu barel per hari atau lebih rendah sedikit 3,3 persen dibanding target APBN 2017 sebesar 815 ribu. Padahal, produksi minyak berada di angka 815,6 ribu barel per hari, atau lebih besar 0,07 persen dibanding target 815 ribu barel per hari.

"Angka (lifting) yang sudah ada sekarang ini memang yang terbaik. Namun demikian, angka ini apakah akan sama kemudian kan tergantung realita," ujar Arcandra.

Sebelumnya, seluruh fraksi DPR RI mendukung kerangka asumsi ekonomi makro yang disodorkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di dalam RAPBN 2018. Salah satunya adalah asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Prices/ICP) yang diproyeksi di kisaran US$45 sampai US$60 per barel, lifting minyak bumi di kisaran 771 ribu hingga 815 ribu barel per hari, dan gas bumi sekitar 1,1 sampai 1,2 juta barel setara minyak per hari.

Meski demikian, fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menilai asumsi lifting yang dipasang pemerintah dipandang stagnan atau tak memiliki perbaikan.

Anggota Komisi VII dari PKS Rofi Munawar menyayangkan penurunan target lifting yang disebabkan proses transisi pengelolaan blok Mahakam yang berlarut-larut. Selain itu, ia juga mencermati penurunan lifting migas di blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia.

Untuk itu, fraksi PKS mendorong pemerintah untuk mempercepat masa transisi pengelolaan blok migas yang akan habis kontraknya dalam dua tahun mendatang.

"Hal ini menandakan bahwa upaya pemerintah dalam pengelolaan sektor migas nasional masih kurang sehingga mengalami kemunduran yang sangat signifikan dan berlangsung terus menerus serta tidak dianstisipasi dengan baik," ujar Rofi.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER