Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) berharap Perjanjian Jual Beli Listrik
(Power Purchase Agreement/PPA) untuk seluruh rencana proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang bisa dirampungkan di tahun ini. PPA ini dikebut agar target operasional
(Commercial Operation Date/COD) pembangkit tersebut bisa berjalan sesuai jadwal.
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, sebagian besar PLTU mulut tambang diharapkan bisa beroperasi di tahun 2019 mendatang. Namun, ada pula yang pengerjaannya bisa lebih lama dari tiga tahun.
"Untuk itu, kami harapkan seluruh proyek PLTU mulut tambang bisa dilakukan PPA di tahun ini. Kalau pun akhir Desember masih belum rampung, ya setidaknya 80 persen PPA bisa dilakukan hingga akhir tahun mendatang," papar Iwan, Rabu (7/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun rencananya, jumlah pembangkit mulut tambang yang akan dikontrak mencapai 16 proyek dengan total kapasitas sebesar 6.990 Megawatt (MW). Hal tersebut, sesuai dengan jumlah proyek yang tercantum di dalam Rencana Usaha Penyediaan Usaha Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2017 hingga 2026. Nantinya, sebagian pembangkit akan dikerjakan melalui penunjukkan badan usaha langsung dan sisanya akan ditawarkan melalui lelang terbuka.
Namun sampai sekarang, PLN belum menentukan jumlah proyek yang sedianya akan ditawarkan melalui penunjukkan langsung. Pasalnya, perusahaan masih mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya besaran kalori, jumlah cadangan batu bara, hingga jarak antara titik koneksi hingga transmisi listrik.
"Nanti, dari seluruh kandidat, kami akan berikan ranking. Jika ada dua badan usaha yang paling sanggup, kami akan pilih yang paling layak menggarap proyek tersebut," ungkapnya.
Selain itu, PLN rencananya akan menugaskan dua anak usahanya, PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali untuk mengakuisisi beberapa lahan batu bara agar bisa mengelola PLTU mulut tambang yang dibangun dengan skema penunjukkan langsung. Adapun dari seluruh proyek yang digarap melalui penunjukkan langsung, anak-anak usaha PLN ini rencananya akan mengambil 50 persennya.
"Nantinya, anak usaha ini akan mendapatkan pasokan dari lahan batu bara akuisisi PLN sekaligus bertindak sebagai pengembang listrik swasta
(Independent Power Producer/IPP). Di dalam operasinya, anak usaha bisa cari partner," ungkapnya.
Dalam waktu sebulan ke depan, PLN sendiri dijadwalkan untuk melaksanakan PPA terhadap enam proyek PLTU mulut tambang yang berlokasi di Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan. Namun, dari enam proyek tersebut, PLN siap menandatangani PPA untuk PLTU Jambi berkapasitas 600 MW dan Kalimantan Tengah dengan kapasitas 200 MW.
"Enam PPA ini dilakukan dengan IPP yang telah melalui proses lelang secara terbatas. Jadi bukan dengan lelang terbuka. Sebetulnya kami inginnya enam, tapi yang sudah benar-benar siap baru dua PPA saja dalam satu bulan mendatang," pungkas Iwan.
Di dalam RUPTL 2017 hingga 2026, PLN berencana menambah 16 proyek PLTU mulut tambang dengan rincian sembilan pembangkit di Sumatera dan tujuh pembangkit di Kalimantan. Ini membuat bauran energi
(energy mix) bagi batu bara mencapai 50,4 persen dari awalnya 50,3 persen dari total bauran energi. Adapun tambahan kapasitas pembangkit bertenaga batu bara diproyeksi sebesar 31,9 Gigawatt (GW) pada 10 tahun mendatang.