PLN Gunakan Dana Sekuritisasi Aset Bangun Empat Pembangkit

CNN Indonesia
Selasa, 13 Jun 2017 09:55 WIB
Empat proyek tersebut rencananya, bisa menambah kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 2.200 Megawatt (MW).
Keempat pembangkit yang akan dibangun untuk sekuritisasi aset, terdiri dari dua unit tambahan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, pembangkit berjalan (Mobile Power Plant/MPP), PLTU Kaltim 3, dan PLTU Jambi. (Dok. Cirebon Electric Power)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) berencana menggunakan dana hasil sekuritisasi aset yang akan dilakukan perseroan guna membangun serta memperluas empat proyek pembangkit baru. Empat proyek tersebut rencananya, bisa menambah kapasitas pembangkit listrik nasional sebesar 2.200 Megawatt (MW).

Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, keempat pembangkit tersebut, terdiri dari dua unit tambahan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, pembangkit berjalan (Mobile Power Plant/MPP), PLTU Kaltim 3, dan PLTU Jambi. Adapun keempat pembangkit itu rencananya bisa beroperasi tiga hingga empat tahun lagi.

"Segera setelah kami dapatkan uang sekuritisasi tersebut, kami akan memulai pengerjaannya. Beberapa proyek memang sudah ada yang dimulai," terang Sarwono kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencananya, seluruh pembangunan pembangkit tersebut berada di bawah kelolaan anak usaha perseroan, PT Indonesia Power. Sayang, ia tak ingat jumlah investasi total empat pembangkit itu. Namun, Sarwono mengaku, dana hasil sekuritisasi tersebut tak akan cukup untuk membiayai belanja modal (capital expenditure/capex) keempat pembangkit itu.

Sekuritisasi aset rencananya, akan dilaksanakan PLN dengan skema Efek Beragun Aset (EBA) terhadap tujuh unit PLTU Suralaya. Adapun dari pelaksanaan sekuritisasi aset, PLN menargetkan dapat memperoleh dana maksimal sebesar Rp10 triliun. Namun, dana tersebut menurut dia, hanya mampu membangun pembangkit sebesar 150 MW.

Jika ingin menyelesaikan seluruh proyek tersebut, tentu saja perusahaan harus melakukan proses sekuritisasi lagi. "Untuk ekspansi PLTU Suralaya saja kami butuh Rp40 triliun. Apalagi bangun pembangkit itu tidak cukup setahun, butuh empat tahun setidaknya," jelasnya.

Kendati membutuhkan pendanaan yang besar, PLN masih enggan untuk melakukan sekuritisasi atas aset-aset pembangkit yang lain. Aksi korporasi itu baru akan dilakukan lagi jika nantinya, peminat sekuritisasi PLTU Suralaya ini membludak.

"Kami belum merambah sekuritisasi untuk pembangkit lainnya, karena ini masih pilot project. Nanti kami akan lihat pembangkit apalagi yang bisa diandalkan. Kalau Suralaya kan orang sudah tahu semua berapa besarnya pembangkit tersebut," paparnya.

Direktur Keuangan Indonesia Power Hudiono menambahkan, keempat proyek pembangkit itu masuk ke dalam belanja modal Indonesia Power yang dialokasikan sebesar Rp7 triliun pada tahun ini. Rencananya, seluruh belanja modal itu akan dibayar menggunakan dana sekuritisasi dari PLTU Suralaya.

Adapun kelebihan dananya, akan dilimpahkan (carry over) untuk belanja modal di tahun depan. "Ini kan pendanaan bertahap sesuai dengan capex yang dibutuhkan sekarang, kalau tahun depan belum tahu akan lakukan sekuritisasi kembali," pungkas Hudiono.

Sebagai informasi, pada tahun ini PLN mulai melakukan sekuritisasi aset dengan skema EBA demi menambah portfolio pendanaan milik perseroan. Sekuritisasi ini artinya mengubah pendapatan di masa depan menjadi surat berharga untuk mendapatkan kas di awal (upfront cash). Dalam hal ini, aset yang dijaminkan dalam EBA adalah piutang PLN atas kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) yang perlu dibayar Indonesia Power di PLTU Suralaya dengan masa tenor lima tahun.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER