Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sentimen negatif dari pemutusan hubungan diplomatik dari negara-negara Arab terhadap Qatar, tak berimbas secara signifikan ke perekonomian Indonesia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menilai, konflik tersebut tak menyurutkan optimisme pemerintah dalam mengerek target pertumbuhan ekonomi di tahun depan yang diproyeksikan bisa mencapai 5,4 persen sampai 6,1 persen.
"Kondisi ekonomi 2017-2018 akan lebih baik meskipun masih ada risiko dari
middle east (negara-negara Timur Tengah), yakni Qatar dengan beberapa tetangganya yang akan memberikan sentimen paling tidak dari sisi harga minyak dan gas (migas)," ujar Sri Mulyani, Selasa (13/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati ada sentimen pada harga migas, Sri Mulyani melihat asumsi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 untuk indikator harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oils Price/ICP) masih sama, yaitu direntang US$45 sampai US$60 per barel.
Hal senada juga dilihat oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo. Menurut Agus, dampak perekonomian yang ditimbulkan oleh konflik politik Qatar tersebut tak besar pada sektor perdagangan Indonesia.
"Qatar dampaknya tak begitu besar karena perdagangan kita di luar minyak dan gas terbatas sekali (dengan Qatar). Dampaknya kepada pasar keuangan tidak besar," kata Agus.
Seperti diketahui, empat negara Arab, yaitu Saudi Arabia, Bahrain, Mesir, dan Uni Emirates Arab melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar. Bahkan, setelah empat negara tersebut, menyusul Yaman, Libya, Maladewa, Mauritania, dan Mauritius ikut mengambil langkah pemutusan hubungan dengan Qatar.
Yang terbaru, akibat masalah diplomatik tersebut, lembaga pemeringkat, Standard and Poor's (S&P) menurunkan peringkat utang Qatar dari AA menjadi AA-. S&P mengambil langkah tersebut setelah nilai tukar riyal, mata uang Qatar, terjun ke level terendah dalam 11 tahun terakhir.