Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik mencatat surplus perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2017 tercatat sebesar US$470 juta. Surplus tersebut turun signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang masih mencapai US$1,33 miliar. Surplus perdagangan Mei tersebut juga lebih rendah dari rata-rata surplus perdagangan bulanan pada Januari hingga April tahun ini yang selalu berada diatas US$1 miliar.
Kendati demikian, surplus perdagangan Indonesia pada sepanjang Januari-Mei 2017 mencapai US$5,9 miliar, hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,02 miliar.
Surplus perdagangan Indonesia pada Mei 2017 terbentuk atas ekspor yang tercatat sebesar US$14,29 miliar dan impor yang mencapai US$13,82 miliar. Ekspor pada Mei memang masih meningkat US$1,01 miliar dibandingkan april lalu yang mencapai US$13,28 miliar. Namun, impor pada Mei tercatat naik lebih tinggi yakni mencapai US$1,87 miliar dari US$11,94 miliar pada April.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan ekspor, menurut BPS, terutama masih terjadi pada ekspor migas yang naik dari US$1,03 miliar menjadi US$1,27 miliar. Adapun ekspor non migas juga masih tercatat meningkat dari US$12,24 miliar menjadi US$13,02 miliar.
Ekspor non migas terutama didorong ekspor pertanian selama Mei 2017 tercatat sebesar US$310 juta naik 13,3 persen jika dibandingkan bulan April. Ekspor industri pengolahan tercatat US$10,75 miliar, tumbuh 8,72 persen dibanding April. Sementara itu, ekspor sektor pertambangan dan lainnya selama Mei 2017 malah tercatat turun 5,73 persen dari bulan April 2017 menjadi US$1,95 miliar.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS M. Sairi Hasbullah mengatakan, beberapa golongan barang yang mengalami peningkatan ekspor selama bulan Mei terhadap April antara lain terjadi pada mesin atau pesawat mekanik sebesar US$178,2 juta (43,81 persen), sedangkan penurun terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$115,9 juta (6,47 persen).
"Mesin-mesin dan pesawat mekanik mengalami peningkatan, artinya positif sekali. Kita mengekspor mesin-mesin pesawat ini terutama ke Rusia dan Brasil dari industri kita yang ada di Batam," ujar Hasbullah di kantor pusat BPS (15/6).
Ekspor nonmigas Mei 2017 terbesar adalah ke Amerika Serikat sebesar US$1,53 miliar, disusul China sebesar US$1,51 miliar dan India US$1,28 miliar. Sementara ekspor ke Uni Eropa sebesar US$1,39 miliar.
Sementara itu, kenaikan impor terutama didorong oleh impor migas yang naik dari US$1,65 miliar pada April menjadi US$1,82 miliar pada Mei 2017. Adapun impor non migas naik dari US$10,3 miliar menjadi US$12 miliar.
BPS mencatat peningkatan impor nonmigas terbesar terjadi pada golongan mesin dan perlatan mekanik US$274,6 juta naik 17,64 persen dari April 2017, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung US$58,4 juta naik 54,02 persen dibanding April.
"Impor kita tahun ini setiap bulannya selalu berada di atas tahun 2016," ungkap dia.
BPS mencatat China masih menjadi negara importir terbesar dalam pangsa impor Indonesia dengan total nilai US$13,67 miliar atau naik 26,12 persen dari April 2017. Disusul Jepang sebesar US$5,82 miliar atau naik 11,12 persen dan Thailand US$3,77 miliar tumbuh 7,21 persen dari bulan April.