Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup melemah dalam dua hari berturut-turut setelah pasar tak kuasa untuk bangkit dari penurunan harga yang terjadi pada perdagangan Rabu lalu akibat penumpukan persediaan minyak AS.
Selain karena lonjakan persediaan, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lain juga meningkat. Sehingga, harga minyak yang menggunakan denominasi dolar AS juga lebih mahal.
Dikutip dari
Reuters, harga minyak Brent ditutup melemah US$0,08 ke angka US$46,92 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) juga turun US$0,27 ke angka US$44,32 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga minyak terus menurun kendati organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan beberapa mitranya telah memangkas produksi 1,8 juta barel per hari sejak Januari silam.
OPEC berencana untuk memperpanjang kebijakan tersebut selama sembilan bulan mendatang, atau kuartal I 2018. Sayang, harga minyak malah turun 12 persen sejak keputusan itu ditetapkan tanggal 25 Mek silam.
Selain itu, produksi minyak AS juga mengancam upaya peningkatan harga minyak oleh OPEC. Produksi minyak AS meningkat 10 persen dibanding pertengahan 2016, sehingga membuat level produksi mencapai 9,33 juta barel per hari.
Apalagi, harga minyak langsung lunglai 4 persen di perdagangan hari Rabu setelah Energy Information Administration (EIA) mengumumkan kenaikan persediaan. Selain itu, International Energy Agency (IEA) juga meramal bahwa pertumbuhan minyak tahun depan akan jauh melebihi pertumbuhan permintannya meski konsumsi minyak menembus 100 juta barel per hari.
Hal itu diperparah oleh data ekonomi AS yang terdiri dari penjualan ritel, inflasi inti, dan produksi industri yang kian melemah.