Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, langkah Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuan
(7 Days Repo Rate/7DRR) sudah tepat dalam merespon kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat
(Fed Fund Rate/FFR). Darmin pun yakin, Indonesia tak akan mengalami arus dana keluar
(capital outflow)."Tidak perlu kita men-
adjust (perubahan kebijakan moneter AS) karena sudah diumumkan kapan kenaikan (suku bunga AS) makanya pasar sudah melakukan
adjustment, mem-
price," ujar Darmin di kantornya, Jumat malam (16/6).
Darmin melihat, langkah BI telah sejalan dengan respon pasar yang tak terkejut kenaikan suku bunga AS
sebanyak 25 basis poin. Sebab, menurutnya, pasar juga telah mengetahui rencana kenaikan FFR sehingga pelaku pasar telah bersiap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imbasnya, pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah tak mengalami perubahan yang signifikan, yakni hanya melemah sekitar Rp7 sampai Rp9 per dolar AS, dari sebelumnya Rp13.2 per dolar AS menjadi Rp13.2 per dolar AS di hari pengumuman kenaikan FFR.
Di sisi lain, Darmin menilai, kesiapan pasar juga didasari pada kepercayaan pada fundamental ekonomi Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi cukup terjaga dalam tiga bulan pertama di tahun ini, yakni tumbuh 5,01 persen.
Disamping itu, Indonesia juga mendapat sentimen positif dari peningkatan peringkat kelayakan investasi dari lembaga pemeringkat, Standard and Poor's (S&P) pada Mei lalu. Perbaikan peringkat tersebut, sekaligus melengkapi daftar layak investasi yang sebelumnya telah didapat Indonesia dari Fitch dan Moody's.
"Masyarakat cukup percaya dengan ekonomi Indonesia karena belum lama ini dapat
rating lagi. Lalu, kita menjadi tujuan investasi nomor empat di dunia, dari sebelumnya nomor delapan. Itu semua adalah pendapat pasar," imbuh Darmin.
Sebagai pengingat, pertengah pekan ini, The Fed kembali mengerek FFR dari 1,0 persen menjadi 1,25 persen. Langkah ini diambil The Fed lantaran ada keoptimisan pada pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam tersebut yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran sebesar 4,3 persen.
Selain itu, dari sisi pertumbuhan ekonomi, The Fed memperkirakan ekonomi AS bisa tumbuh mencapai 2,2 persen, dari semula 2,1 persenk arena positifnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Adapun inflasi AS diperkirakan akan bergerak ke angka 1,6 persen, menurun dari proyeksi di Maret lalu sebesar 1,9 persen.
Bersamaan dengan kenaikan FFR, The Fed memperkirakan, akan ada kenaikan suku bunga satu kali lagi di tahun ini dan tiga kali lagi pada tahun depan. Selain mengubah suku bunga, The Fed juga berencana mereduksi neraca keuangan US$4,5 triliun akhir tahun ini dan memangkas kepemilikan obligasi.
Sementara, menanggapi kenaikan FFR, BI merespon dengan menahan 7DRR di angka 4,75 persen. Hal ini membuat BI telah tujuh kali menahan suku bunga acuan. BI pun memutuskan untuk mempertahankan
deposit facility dan
lending facility masing-masing dipertahankan sebesar 4,0 persen dan 5,5 persen.
Menurut BI, kebijakan tersebut sejalan dengan upaya BI menjaga kestabilan ekonomi ditengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global ditengah kondisi ekonomi domestik yang terjaga.